Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) masih tinggi meskipun sempat terkoreksi dalam sebulan terakhir.
Melansir Trading Economics, harga CPO saat ini ada di level RM 4.449 per ton. Angka itu turun 13,07% dalam sebulan terakhir, namun sudah naik 20,17% dalam setahun terakhir.
PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) melihat, meskipun terjadi penurunan harga CPO dalam sebulan terakhir, harga rata-rata CPO (FOB Malaysia) pada kuartal IV 2024 mengalami peningkatan sebesar 21% secara kuartalan, jika dibandingkan dengan kuartal III 2024.
Head of Investor Relation SGRO Stefanus Darmagiri mengatakan, kenaikan harga CPO itu ditopang oleh produksi yang lebih baik pada kuartal IV 2024 jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal ini akan berdampak positif terhadap kinerja Sampoerna Agro, khususnya pada kuartal IV.
Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) Proyeksikan Produksi TBS Turun 10% di Tahun 2024
Selain itu, adanya wacana pemerintah untuk menaikkan biodiesel dari B30 menjadi B40 akan dapat meningkatkan permintaan CPO untuk pasar domestik pada 2025, jika dibandingkan dengan tahun 2024.
“Strategi yang dapat kami lakukan adalah dengan menerapkan best agronomy practices dengan tetap fokus dalam meningkatkan produktivitas CPO melalui program intensifikasi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional SGRO,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Senin (6/1).
Sentimen-sentimen yang dapat mempertahankan harga CPO pada semester I 2025 adalah seasonal soft production untuk CPO, peningkatan permintaan menjelang Ramadan dan Idul Fitri pada kuartal I, serta mandat biodiesel B40 yang akan diimplementasikan pada tahun ini.
Namun, untuk target produksi tahun 2025 diakui Stefanus sedang dalam proses penyusunan budget.
“Dapat kami sampaikan bahwa produksi TBS dari kebun inti diperkirakan akan mengalami perbaikan pada tahun 2025. GAPKI memperkirakan produksi CPO nasional akan mengalami perbaikan sebesar 4%-5% pada tahun 2025,” paparnya.
Baca Juga: Kemenkeu Catat Defisit APBN 2024 Capai Target 2,29% dari PDB
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) membidik produksi tandan buah segar (TBS) dari kebun inti meningkat sekitar 10% pada tahun 2025, jika dibandingkan dengan tahun 2024.
Direktur Keuangan ANJT, Nopri Pitoy mengatakan, dengan tambahan pembelian TBS dari eksternal, pihaknya menargetkan produksi CPO tumbuh sekitar 15% di tahun ini.
“Kami berharap, peningkatan volume produksi dapat mendorong pertumbuhan kinerja finansial meskipun tantangan masih ada, seperti cuaca ekstrem, fluktuasi harga CPO, hingga perubahan regulasi pemerintah,” katanya kepada Kontan baru-baru ini.
Senada, PT Nusantara Sawit Tbk (NSSS) juga memproyeksikan pertumbuhan kinerja di tahun 2025 akibat sengatan kenaikan harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO).
Direktur NSSS Kurniadi Patriawan melihat tren kenaikan harga CPO masih akan terjadi di tahun 2025.
Meskipun belum menyebutkan proyeksi harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) CPO, PK, dan tandan buah segar (TBS) di tahun 2025, tetapi diperkirakan harga referensi saat ini tak akan berubah banyak di tahun depan.
“Mungkin ada di kisaran RM 4.000-RM 5.000 per ton akan tercapai,” ujar Kurniadi dalam Public Expose NSSS, Senin (16/12) lalu.
Baca Juga: Tersengat Sentimen Positif, Simak Prospek Emiten Konsumsi & Saham Rekomendasi Analis
Sebagai gambaran, ASP CPO sebesar Rp 12.132 per kilogram (kg) per kuartal III 2024. ASP palm kernel (PK) sebesar Rp 7.085 per kg hingga akhir September 2024.
Optimisme untuk peningkatan penjualan juga disampaikan perseroan. Tetapi NSSS juga belum menyebutkan berapa pertumbuhan penjualan di tahun depan.
Sebagai gambaran, penjualan NSSS sebesar Rp 955 miliar per kuartal III 2024. NSSS juga mencatatkan produksi TBS sebesar 334.216 ton dan produksi CPO 74.314 ton per September 2024.
“Kami belum menghitung proyeksi target produksi dan penjualan, tetapi kami optimistis ada peningkatan di akhir tahun 2024 dan di 2025. Sebab, kondisi cuaca juga sudah stabil hingga tahun depan,” kata Kurniadi.
Baca Juga: Prospek Sektor Konsumsi Barang Primer Dipandang Positif, Begini Prospek Emiten FMCG
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo melihat, emiten CPO mencatatkan kinerja yang cukup baik jika dilihat dari laporan keuangan terakhir per kuartal III 2024.
Rata-rata emiten CPO mengalami pertumbuhan, khususnya PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) yang mencatatkan peningkatan pendapatan dan laba bersih per September 2024.
“Penguatan pada harga CPO juga menjadi pendorong pada kinerja mereka per kuartal III 2024,” kata Azis kepada Kontan.co.id, Senin (6/1).
Ke depan, sentimen positif untuk emiten CPO salah satunya berasal dari kebijakan B40 yang bakal diimplementasikan pemerintah di tahun ini.
“Kebijakan itu bisa meningkatkan permintaan CPO dan bisa mengurangi pasokan global. Tetapi, perlu dilihat juga bagaimana skema dari program tersebut,” ungkap dia.
Baca Juga: Pasarkan CPO Bersertifikasi Internasional, PalmCo Bakal Kantongi US$ 3,6 Juta
Di sisi lain, harga saham emiten CPO mayoritas mengalami penurunan dalam sebulan terakhir.
Melansir RTI, kinerja saham AALI terkoreksi 0,41% dalam sebulan terakhir. Saham DSNG terjun 18,06% dalam sebulan terakhir dan LSIP terkoreksi 14,10% sebulan belakangan. Saham PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) juga turun 9,25% dalam sebulan.
Beda nasib, kinerja saham SGRO justru naik 3,9% dalam sebulan terakhir.
Menurut Azis, melandainya saham CPO merupakan hal yang wajar, karena harga CPO sendiri juga sudah mulai melandai.
“Ke depannya, jika program B40 ini berhasil meningkatkan kinerja emiten CPO, maka pergerakan sahamnya juga akan mengikuti,” paparnya.
Azis merekomendasikan trading buy untuk TAPG dengan target harga Rp 830 per saham.
Baca Juga: Asa Austindo Nusantara Jaya (ANJT) Mendorong Produktivitas
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto melihat, kinerja saham ANJT dalam tren sideways dengan support pada Rp 700 per saham.
“Selama support ini mampu dipertahankan, maka penguatan berikutnya diestimasikan menuju Rp 780 per saham,” kata dia kepada Kontan, Senin (6/1). William pun merekomendasikan beli untuk ANJT.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan harga saham SGRO ada di level support Rp 2.090 per saham dan resistance Rp 2.200 per saham. Rekomendasi trading buy disematkan untuk SGRO dengan target harga terdekat di level Rp 2.230-Rp 2.300 per saham.
Untuk AALI, pergerakan sahamnya ada di level support Rp 5.800 per saham dan resistance Rp 6.200 per saham. Herditya pun merekomendasikan buy on weakness untuk AALI dengan target harga terdekat di level Rp 6.350 - Rp 6.500 per saham.
Selanjutnya: Sampoerna Agro (SGRO) Proyeksikan Produksi TBS Turun 10% di Tahun 2024
Menarik Dibaca: 5 Minuman untuk Daya Tahan Tubuh Lebih Kuat, Biar Tidak Gampang Sakit!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News