Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana penerapan kebijakan penggunaan solar bercampur minyak kelapa sawit atau biodiesel 20% (B20), direspons terlalu agresif oleh pasar modal. Ini membuat kinerja sektor perkebunan terdongkrak 10,98% sejak Juli lalu.
Senior Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan, menguatnya indeks harga saham perkebunan yang sebagian besar didorong emiten CPO, merupakan dampak dari wacana penerapan kebijakan B20 di awal September mendatang.
Namun, tidak semua emiten CPO akan bertahan lama menikmati kenaikan saham.
"Kita lihat dari sisi produksi. Yang punya pabrik hanya PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dan PT Sinar Mas Agro Resources dan Technology Tbk (SMAR), sehingga dampak positif B20 ke mereka akan signifikan," jelas William kepada Kontan, Jumat (24/8).
Sedangkan untuk melonjaknya indeks saham PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), cenderung hanya karena sentimen pemberitaan. Sehingga, hanya emiten yang memiliki pabrik yang mampu bertahan dari risiko koreksi sektor perkebunan tersebut.
"Mereka belum punya pabrik. Kalaupun mau bangun pasti butuh waktu lama. Sehingga kenaikan itu lebih karena market merespor terlalu cepat," ungkapnya.
Menurutnya, ketika market sadar bahwa implementasi kebijakan B20 tidak akan langsung terasa dalam waktu dekat, maka sektor perkebunan berpotensi koreksi untuk jangka panjang. Khususnya dampak tersebut akan terlihat signifikan di kuartal III 2018, tepatnya awal Oktober.
"Kita akan lihat seberapa besar dampak B20 untuk dongkrak emiten CPO, kalau di bawah ekspektasi market akan koreksi sendiri di awal Oktober," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News