Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Ada juga sektor barang konsumsi yang mulai menunjukkan pergerakan positif, juga saham tambang seperti emas yang berhasil naik signifikan tahun ini, serta saham nikel yang punya prospek positif seiring perkembangan industri mobil listrik. Namun, sektor saham yang dianggap paling prospektif adalah sektor perbankan, khususnya untuk Buku IV atau yang bank yang memiliki kapitalisasi besar. "Berkaca dari krisis sebelumnya, saat krisis berlalu ekonomi akan bertumbuh, dan peran bank sangat dibutuhkan," jelasnya.
Adapun instrumen investasi yang dianggap paling tahan banting terhadap resesi atau krisis adalah obligasi. Wawan menilai obligasi, khususnya surat berharga negara (SBN) jadi pilihan yang paling aman saat ini, apalagi imbal hasilnya dua kali lipat di atas deposito.
"Untuk SUN tenor 10 tahun, yield-nya sekitar 6,6% atau sudah dua kali lipat dari deposito. Untuk obligasi korporasi sebaiknya lebih berhati-hati dan perhatikan profil perusahaannya," ungkap Wawan.
Baca Juga: Diduga lakukan pencucian uang, begini jawaban CEO Jouska
Wawan menganjurkan investor untuk menerapkan strategi atau profil moderat, dengan 50% asetnya ditempatkan di instrumen obligasi negara, 30% pasar uang atau deposito dan sisanya atau 20% ke saham, mengingat valuasinya yang murah.
Untuk emas, Wawan menilai instrumen investasi tersebut dapat digunakan sebagai hedging. Semakin tingginya kekhawatiran dan ketidakpastian, harganya masih akan meningkat. Namun perlu diingat, emas tidak menghasilkan kupon ataupun dividen, sehingga fungsinya hanya untuk mempertahankan keuntungan.
Baca Juga: Perusahaan global mulai gencar lakukan investasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News