Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Bagus mengatakan, anak usaha ini nantinya akan membantu SGER dalam mencari dan mendapatkan kontrak-kontrak baru penjualan batubara.
Pada 28 Desember 2021, SGER juga menandatangani sales domestic agreement dengan PT Bumi Barito Mineral yang merupakan anak usaha dari Cokal Limited, sebuah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia (ASX). Total sales domestic agreement ini sebanyak 600.000 metrik ton (MT) batubara kokas berkalori tinggi (coking coal) dengan periode selama dua tahun.
Bisnis non batubara
Selain bisnis batubara, SGER juga merambah bisnis di segmen lain. Pada 5 November 2020, SGER menandatangani MoU dengan Perusda Melati Bhakty Satya, sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Kalimantan Timur terkiat pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy dan pengembangan Pelabuhan Internasional Maloy.
Adapun kerjasama ini meliputi pengembangan dan pengelolaan sarana serta prasarana serta investasi di kawasan ekonomi khusus ini. Setelah penandatanganan MoU ini, proses pengembangan KEK dan pelabuhan ini akan dimulai bersama dengan beberap partner lainnya .
Baca Juga: Inilah Saham Jawara Sepanjang Tahun 2020
Untuk tahun ini, SGER masih akan berfokus dengan rencana pengembangan proyek ini yang selanjutnya akan masuk ke masa penggarapan. “Kami berfokus bagaimana merealisasikannya. Saat ini belum ada proyek baru, yang kemarin proyeknya cukup besar dan kami harus fokus ke sana juga,” sambung dia.
Selain itu, SGER juga menggarap peluang di segmen energi terbarukan. Pada 2 November 2020, SGER mengumkan adanya penandatanganan MoU dengan PT Jasa Sarana yang merupakan BUMD Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Kerjasama ini terkait investasi refuse derived fuel (RDF) di Nambo.
Kerja sama ini merupakan ejawantah dari rencana SGER mengembangkan teknologi RDF atau teknologi pengolahan sampah dengan metode biodrying. Hasilnya merupakan biomass yang menjadi energy terbarukan dalam proses pembakaran, sebagai pengganti batubara. Selain mendiversifikasi bisnis energy yang komersial, SGER berharap bisnis energy RDF ini bisa meningkatkan kinerja ke depannya.
Baca Juga: Inilah emiten dengan emisi IPO terbesar sepanjang 2020
Keseriusan SGER juga dibuktikan dengan pendirian badan usaha PT Indonesia Infrastructure Investama yang merupakan hasil kerjasama dengan Carstensz Holding Pte Ltd Singapore. Ini merupakan langkah SGER untuk mengembangkan infrastruktur di bidang energi dan energy terbarukan.
Bagus meyakini, komoditas batubara masih cerah ke depan, salah satunya adalah adanya program gasifikasi batubara, yakni dengan mentransformasi batubara menjadi gas. Selain itu, lewat Perpes No 109 tahun 2020, pemerintah telah menetapkan salah satu proyek Gasifikasi menjadi proyek strategis nasional (PSN). “Jadi ada isyarat pengembangan dan dukungan batubara dari pemerintah,” terang dia.
Selain itu, dalam kurun waktu dua hingga tiga bulan terakhir harga batubara dunia pun menguat. Dia pun berharap harga emas hitam ini lebih stabil dan terus bergerak naik.
Selanjutnya: Dorong pemanfaatan EBT, 63 SPBU Pertamina kini dipasangi PLTS atap
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News