Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) meyakini prospek perdagangan batubara masih akan prospektif tahun ini.
Direktur Sumber Global Energy, Bagus Kestiadi, mengatakan, potensi penyerapan batubara di pasar Negara Asia Tenggara masih cukup banyak. Hal ini karena banyaknya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di region ini yang membutuhkan batubara sebagai bahan bakar.
SGER memulai bisnis pada tahun 2008 dengan melakukan kegiatan usaha dalam bidang bisnis bidang pertambangan, antara lain meliputi pengangkutan dan penjualan mineral dan/atau batubara dan pembelian produk komoditas tambang mineral dan/atau batubara.
Bagus menjabarkan, sejauh ini mayoritas penjualan batubara SGER dilempar ke pasar ekspor, dengan persentase 90% pasar ekspor dan 10% ke pasar domestik.
Baca Juga: Begini rekomendasi saham emiten batubara yang ketiban berkah kenaikan harga
Berdasarkan wilayah, mayoritas batubara dikirim ke China, Bangladesh, Vietnam, dan India.” Negara tujuan lebih ke Asia, karena Negara di Eropa sudah jarang yang memakai batubara, sudah mulai go green, dan meninggalkan bahan bakar fosil,” terang Bagus kepada Kontan, Selasa (12/1).
Adapun untuk penjualan domestik kebanyakan diserap oleh pembangkit listrik yang dikelola oleh pihak swasta. Hal ini karena pembangkit listrik yang dikelola PLN biasanya membeli batubara dari perusahaan pelat merah.
Bagus melanjutkan, SGER senantiasa mengikuti tender-tender pengadaan batubara di luar negeri. Untuk jenis kontraknya, SGER mendapatkan kontrak jangka panjang seperti kontrak tahunan.
Saat ini, SGER mendapat kontrak dari Vietnam dan Bangladesh sebagai negara yang cukup loyal membeli batubara dari SGER. “Di India juga kami sudah banyak langganan, jadi mereka banyak pesan lagi ke kami,” sambung Bagus.
Baca Juga: Di tahun ini, Indika Energy (INDY) targetkan volume produksi batubara 31,4 juta ton
SGER belum melaporkan kinerja tutup tahun 2020. Namun, jika menilik kinerja per kuartal ketiga 2020, SGER membukukan pendapatan senilai Rp 1,28 triliun atau naik 22,89% dari realisasi pendapatan tahun lalu yakni Rp 1,04 triliun.
Terkait proyeksi target kinerja tahun lalu dan tahun ini, meski tidak menyebut angka pasti, Bagus berekspektasi adanya perbaikan kinerja setiap tahunnya.
“Target tidak harus tinggi. Tetapi secara garis besar, paling tidak lebih baik dari tahun lalu,” pungkas dia. Toh, kinerja tahun lalu sudah mencapai target yang dipasang internal manajemen.
Harga batubara yang prospektif pun mendorong SGER untuk terus berekspansi. Pada 8 Januari 2021, emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Agustus 2020 ini mengumumkan pendirian anak usaha yang berbasis di Singapura, yakni Hineni Resources Pte. Ltd.
Baca Juga: Harga sudah naik tinggi, begini rekomendasi saham emiten tambang batubara
Bagus mengatakan, anak usaha ini nantinya akan membantu SGER dalam mencari dan mendapatkan kontrak-kontrak baru penjualan batubara.
Pada 28 Desember 2021, SGER juga menandatangani sales domestic agreement dengan PT Bumi Barito Mineral yang merupakan anak usaha dari Cokal Limited, sebuah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia (ASX). Total sales domestic agreement ini sebanyak 600.000 metrik ton (MT) batubara kokas berkalori tinggi (coking coal) dengan periode selama dua tahun.
Bisnis non batubara
Selain bisnis batubara, SGER juga merambah bisnis di segmen lain. Pada 5 November 2020, SGER menandatangani MoU dengan Perusda Melati Bhakty Satya, sebuah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Kalimantan Timur terkiat pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy dan pengembangan Pelabuhan Internasional Maloy.
Adapun kerjasama ini meliputi pengembangan dan pengelolaan sarana serta prasarana serta investasi di kawasan ekonomi khusus ini. Setelah penandatanganan MoU ini, proses pengembangan KEK dan pelabuhan ini akan dimulai bersama dengan beberap partner lainnya .
Baca Juga: Inilah Saham Jawara Sepanjang Tahun 2020
Untuk tahun ini, SGER masih akan berfokus dengan rencana pengembangan proyek ini yang selanjutnya akan masuk ke masa penggarapan. “Kami berfokus bagaimana merealisasikannya. Saat ini belum ada proyek baru, yang kemarin proyeknya cukup besar dan kami harus fokus ke sana juga,” sambung dia.
Selain itu, SGER juga menggarap peluang di segmen energi terbarukan. Pada 2 November 2020, SGER mengumkan adanya penandatanganan MoU dengan PT Jasa Sarana yang merupakan BUMD Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Kerjasama ini terkait investasi refuse derived fuel (RDF) di Nambo.
Kerja sama ini merupakan ejawantah dari rencana SGER mengembangkan teknologi RDF atau teknologi pengolahan sampah dengan metode biodrying. Hasilnya merupakan biomass yang menjadi energy terbarukan dalam proses pembakaran, sebagai pengganti batubara. Selain mendiversifikasi bisnis energy yang komersial, SGER berharap bisnis energy RDF ini bisa meningkatkan kinerja ke depannya.
Baca Juga: Inilah emiten dengan emisi IPO terbesar sepanjang 2020
Keseriusan SGER juga dibuktikan dengan pendirian badan usaha PT Indonesia Infrastructure Investama yang merupakan hasil kerjasama dengan Carstensz Holding Pte Ltd Singapore. Ini merupakan langkah SGER untuk mengembangkan infrastruktur di bidang energi dan energy terbarukan.
Bagus meyakini, komoditas batubara masih cerah ke depan, salah satunya adalah adanya program gasifikasi batubara, yakni dengan mentransformasi batubara menjadi gas. Selain itu, lewat Perpes No 109 tahun 2020, pemerintah telah menetapkan salah satu proyek Gasifikasi menjadi proyek strategis nasional (PSN). “Jadi ada isyarat pengembangan dan dukungan batubara dari pemerintah,” terang dia.
Selain itu, dalam kurun waktu dua hingga tiga bulan terakhir harga batubara dunia pun menguat. Dia pun berharap harga emas hitam ini lebih stabil dan terus bergerak naik.
Selanjutnya: Dorong pemanfaatan EBT, 63 SPBU Pertamina kini dipasangi PLTS atap
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News