Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Meningkatnya persediaan gas alam yang belum diimbangi permintaan menggerus harga gas alam.
Mengutip Bloomberg, Jumat (4/9), harga gas alam kontrak pengiriman Oktober di bursa New York Merchantile Exchange turun 2,56% ke level US$ 2,65 per mmbtu. Selama sepekan harga gas alam turun merosot 2,2%.
Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka menjelaskan, terkoreksinya harga gas alam disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, kenaikan stok gas alam. Mengacu rilis data oleh Energy Information Administration (EIA), persediaan gas alam Amerika Serikat alias Natural Gas Storage per 29 Agustus 2015 tercatat 94 miliar mmbtu. Angka tersebut melonjak ketimbang pencapaian pada pekan sebelumnya yang bertengger di 69 miliar mmbtu.
Kedua, meningkatnya persediaan gas alam belum diimbangi dengan kenaikan permintaan. "Cuaca di AS relatif lebih stabil sehingga kebutuhan gas alam menurun," jelasnya. Kondisi serupa juga terjadi di negara-negara empat musim lainnya.
Ketiga, harga gas alam memang sedang diterpa sentimen negatif dari China. Aksi Negeri Tirai Bambu yang memangkas suku bunga dan mendevaluasi mata uangnya turut menekan harga-harga komoditas. Apalagi kebijakan China yang ditujukan untuk menggenjot ekspor justru direspons pasar sebagai bukti ekonomi negera tersebut sedang mengalami kontraksi.
Namun, Ibrahim optimistis di akhir tahun 2015 harga gas alam akan pulih hingga ke level US$ 3,1 per mmbtu. Sebab, negara-negara Barat sudah mendekati musim dingin. Sehingga, kebutuhan gas alam akan melonjak.
"Selain itu, Dana Moneter Internasional.(IMF) memberikan referensi kepada Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed agar tidak menaikkan suku bunga acuannya tahun ini," tukas Ibrahim.
Jika The Fed batal merealisasikan rencana mereka di tahun Kambing Kayu, maka besar peluang dollar AS akan melemah. Walhasil, semakin murahnya gas alam yang diperdagangkan dalam dollar AS akan menggenjot permintaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News