Reporter: Yuliana Hema | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana merger dua perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara, GOTO dan Grab semakin terang terlihat. Harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) pun melambung pada Senin 24 November 2025. Apakah saham GOTO semakin menarik untuk dikoleksi?
Pergantian nakhoda PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menambah deretan teka-teki proses merger GOTO dengan Grab. Di mana, Patrick Walujo sebagai direktur utama akan digantikan oleh Hans Patuwo.
Perubahan ini akan diajukan dalam untuk mendapatkan persetujuan pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 17 Desember 2025.
Baca Juga: Harga Saham Ini melonjak Jelang Terdaftar di MSCI, Investor Receh Baiknya Beli/Jual?
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menyampaikan, pergantian CEO memang tidak otomatis berarti merger. Namun untuk kasus GOTO, wajar pasar mulai berspekulasi.
Pasalnya, investor raksasa GOTO seperti SoftBank hingga sudah lama mendorong struktur yang lebih ramping dengan merger atau akuisisi selalu dianggap jalan pintas untuk memangkas biaya dan memperkuat posisi.
Hans Patuwo dinilai merupakan sosok operator, bukan deal maker seperti Patrick Walujo. Menurut Liza, kalau seorang operator masuk ke kursi nomor satu, itu tanda bahwa urusan strategi besar mungkin sudah tuntas di belakang layar.
“Biasanya, kalau operator maju ke kursi nomor satu, itu tanda bahwa urusan strategi besar mungkin sudah diselesaikan di belakang layar oleh dewan dan para pemegang saham besar,” katanya, Senin (24/11/2025).
Liza bilang nama lama yang kuat seperti Andre Soelistyo dan Santoso Kartono ke jajaran komisaris juga membuat teka-teki yang semakin menarik. Perubahan konfigurasi dewan seperti ini sering muncul sebelum sebuah langkah strategis dilepas.
“Belum ada bukti apapun memang, tetapi pasar membaca bahasa tubuh seperti kalau pemegang saham besar mulai merapikan formasi, kemungkinan ada agenda besar yang sedang disiapkan,” ucapnya.
Liza menilai merger bagi GOTO umumnya positif, terutama untuk efisiensi biaya, memperbaiki struktur margin dan memperkuat daya saing di pasar on-demand dan e-commerce.
Berdasarkan rumor yang beredar, GOTO nanti akan menjadi perusahaan yang bertahan di Indonesia setelah merger dengan Grab Indonesia. Di mana, GOTO akan membeli PT Solusi Transportasi Indonesia alias Grab Indonesia.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Saham EXCL, TOBA, UNTR untuk Selasa (25/11)
Grab Holdings Limited akan masuk dengan mengakuisisi entitas hasil merger GOTO dengan Grab Indonesia, dengan menerbitkan saham baru. Nantinya, Danantara juga akan masuk setelah proses merger rampung.
Pengamat Pasar Modal & Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menilai rencana merger GOTO dengan Grab Indonesia bisa mirip dengan skema akuisisi PT Tokopedia oleh TikTok.
Menurutnya, nanti Gojek ada lebur menjadi satu dengan Grab Indonesia. Nantinya, Grab Holdings Limited akan membeli saham baru hasil entitas merger Gojek dan Grab Indonesia.
“Kepemilikan GOTO di Gojek akan terdilusi sama seperti di Tokopedia. Mungkin setelah merger, kepemilikan GOTO di entitas hasil merger Gojek dan Grab Indonesia hanya berkisar 20%–25%,” jelas Teguh kepada Kontan, Senin (24/11/2025).
Dia menekankan tidak ada jaminan kalau progres merger berjalan dengan lancar, entitas hasil merger Gojek dan Grab Indonesia akan lebih sukses dan bisa mencetak keuntungan lebih cepat.
“Kalau masih tetap rugi, saham GOTO tidak akan bergerak kemana-mana. Namun kalau GOTO memutarkan uang kas untuk diinvestasikan dan profit, sahamnya berpotensi naik,” ucapnya.
Tonton: ESDM Siapkan Bea Keluar Batubara Saat Harga Melonjak, Emas Tetap Kena
Rekomendasi saham GOTO
Di tengah kabar penggantian pucuk pimpinan dan merger, harga saham GOTO melambung ke level 68 pada perdagangan Senin 24 November 2025, meski akhirnya pada penutupan pasar parkir di level 65, naik 1 poin atau 1,56% dibandingkan sehari sebelumnya. Level harga saham GOTO 68 merupakan yang tertinggi sejak 11 Juni 2025.
Para analis menilai saham GOTO semakin layak untuk investasi. Selain sentimen merger, kinerja GOTO juga membaik dan mendekati pencapaian laba.
Pada kuartal III-2025, GOTO mencatatkan laba sebelum pajak yang disesuaikan sebesar Rp 62 miliar, menandai perbaikan yang konsisten dari kuartal sebelumnya. Sementara itu, EBITDA Grup yang disesuaikan melonjak ke rekor tertinggi Rp 5,416 triliun selama periode Juni–September 2025.
Jika ditarik ke seluruh periode Januari–September 2025, EBITDA Grup yang disesuaikan mencapai Rp 1,3 triliun. Mengikuti tren positif tersebut, GOTO kembali menaikkan target EBITDA Grup sepanjang 2025 menjadi Rp 1,8 triliun–Rp 1,9 triliun hingga akhir tahun.
Analis: GOTO Selangkah Lagi Menuju Net Profit
Equity Analyst BCA Sekuritas, Ryan Santoso, menilai peningkatan profitabilitas GOTO menandai bahwa perusahaan teknologi tersebut semakin mendekati net profit positif. “EBITDA Grup yang disesuaikan menunjukkan bahwa GOTO mampu menghasilkan laba berbasis kas dari operasional inti,” ujar Ryan.
Ryan menekankan bahwa profitabilitas GOTO tidak lepas dari dua unit bisnis yang semakin solid:
- GoTo Financial (GTF) – menjadi motor pertumbuhan top-line dan bottom-line
- On-Demand Services (ODS/Gojek) – mencatatkan peningkatan marjin dan inovasi berkelanjutan
Pada kuartal III-2025, EBITDA GTF mencapai Rp 136 miliar, sementara EBITDA yang disesuaikan ODS menembus Rp 336 miliar.
Tonton: 2026 Kripto: Hal Ini yang Perlu Diperhatikan Investor
Fintech Menjadi Lokomotif Pertumbuhan, ODS Kian Efisien
Equity Research Samuel Sekuritas, Fadhlan Banny, menilai kesehatan finansial GOTO terus menguat berkat integrasi dan efisiensi kedua unit bisnis utama.
Menurut Fadhlan, segmen fintech menjalankan strategi mass market secara efektif sehingga volume transaksi pembayaran meningkat. Pertumbuhan bisnis pembayaran ini turut mendorong ekspansi layanan pinjaman. “ODS juga tetap tumbuh secara profitabel berkat inovasi produk yang meningkatkan efisiensi operasional,” jelasnya.
Equity Research UOB Kay Hian, Willinoy Sitorus dan Audrey Celia, menambahkan bahwa GOTO kini memasuki fase skala operasi yang semakin menguntungkan, didorong oleh transformasi teknologi besar-besaran.
GOTO telah menyelesaikan migrasi cloud berskala besar lebih cepat dari jadwal dan di bawah anggaran. Langkah ini diproyeksikan menekan biaya operasional secara signifikan.
Selain itu, GOTO mulai mengimplementasikan kecerdasan buatan (AI) berbasis Large Language Model (LLM) internal ke dalam seluruh siklus produk. Teknologi AI ini dinilai mampu:
- Mengurangi biaya layanan
- Meningkatkan pengalaman pengguna Gojek dan GoPay
- Memperkuat personalisasi dan akurasi layanan
“Inisiatif AI menjadi kunci dalam menekan biaya dan meningkatkan kualitas layanan,” tulis Willinoy dan Audrey dalam riset 3 November 2025.
Baca Juga: Kinerja Elnusa (ELSA) Dinilai Masih Bisa Tumbuh Positif, Cek Rekomendasinya
Rekomendasi Saham GOTO
Melihat tren pemulihan yang kuat, UOB Kay Hian mempertahankan rekomendasi beli (buy) untuk saham GOTO dengan target harga Rp 78 per saham.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gustamerekomendasikan add GOTO dengan target di Rp 74.
Menurut Nafan, saham-saham yang berada di sektor teknologi seperti GOTO masih prospektif hingga tahun depan. Ini karena mendapat sentimen positif dari penurunan suku bunga.
Selanjutnya: Patrick Walujo Mundur, Skenario Merger GOTO dan Grab Kian Terbuka
Menarik Dibaca: Tak Hanya Ibu, Ayah Juga Bisa Ciptakan Momen Spesial di Rumah ala MR.D.I.Y.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













