Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Harga saham emiten pendatang baru di lantai bursa, PT BW Plantation Tbk (BWPT), masih saja lesu. Padahal, manajemen perusahaan perkebunan ini sudah berupaya menstabilkan harga sahamnya di pasar lewat opsi penjatahan lebih.
Memang, kemarin (1/12), harga saham berkode BWPT ini ditutup menguat 2% menjadi Rp 510 per saham. Tapi, harga itu merosot 7,3% ketimbang saat penawaran umum perdana ke publik atau initial public offering (IPO) pada 27 Oktober lalu. Kala itu, harga saham IPO sebesar Rp 550 per saham.
Sejatinya, BWPT sudah mengalokasikan sebanyak 60,55 juta saham untuk stabilisasi harga saham di pasar. Saham yang dipakai itu milik PT Mitra Energi Global, salah satu pemegang saham BW Plantation. Manajemen BWPT menunjuk Danareksa Sekuritas sebagai agen stabilisasi. Perusahaan pelat merah ini akan mengembalikan saham itu kepada Mitra Energi dalam waktu 30 hari, terhitung sejak 27 Oktober lalu.
Sekretaris Perusahaan BW Plantation, Kelik Irwantono mengakui, jumlah saham yang disiapkan untuk stabilisasi harga sangat minim. "Kalau dihitung nilainya hanya Rp 30 miliar," ujarnya, kemarin.
Padahal, jumlah saham IPO BWPT sebanyak 1,21 miliar atau setara US$ 50 juta. Artinya, porsi saham BWPT untuk stabilisasi harga hanya 5% dari total saham yang beredar.
Marciano Herman, Direktur Investment Banking Danareksa Sekuritas menjelaskan, institusinya telah memakai seluruh saham opsi penjatahan lebih untuk stabilisasi harga saham BWPT. Namun, lanjut dia, dampak dari upaya stabilisasi harga itu tidak terasa. "Kalau dampaknya mau besar, mungkin harus menyiapkan 100% dari total saham yang beredar di pasar," imbuhnya.
Selain minimnya jumlah saham, kesuksesan stabilisasi harga tergantung motivasi investor. Biasanya, investor ritel akan mengalihkan dananya ke saham yang lebih murah. Adapun investor jangka panjang punya pemikiran berbeda. "Mungkin mereka hanya melakukan diversifikasi portofolio," ujar Marciano.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News