Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) ingin mengamankan raihan keuntungannya. Emiten tekstil ini berupaya menjaga posisi margin laba bruto di kisaran 20%. Oleh karena itu, SRIL menimbang dan melihat situasi untuk menaikkan harga jual produknya.
“Harga jual semestinya diperhitungkan dengan permintaan. Secara makro, belanja pemerintah tidak berjalan dan harga naik semua,” ucap Welly Salam, Sekretaris Perusahaan SRIL, kepada KONTAN, Kamis, (3/9).
Ia menyebut penjualan SRIL sedikit melesu pada kuartal ketiga. Menurutnya, penurunan penjualan mulai terjadi pasca Idul Fitri di Juli lalu. Meski begitu, Welly mengaku bahwa rendahnya penjualan di kuartal ketiga merupakan siklus tahunan.
Pada kuartal kedua, SRIL telah menaikkan rata-rata harga jual sekitar 3%. Ini disebabkan karena kenaikan inflasi dan aturan Bank Indonesia (BI) yang mewajibkan penggunaan Rupiah. Welly menyebut, tender ke pemerintah pun mencatatkan kenaikan harga.
Pelemahan nilai tukar Rupiah justru tak membebani kinerja SRIL. Emiten tekstil ini justru diuntungkan karena memiliki penjualan ekspor sekitar 50%. Welly bilang bahwa penguatan Dollar memberi kompensasi biaya terhadap SRIL. Karena setiap pelemahan 10% Rupiah dapat mengerek margin perseroan sekitar 1,5% sampai 2,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News