Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan sektor telekomunikasi kompak menguat. Analis memproyeksikan ruang pertumbuhan sektor halo-halo masih terbuka lebar seiring meningkatnya tren penggunaan data. Emiten sektor ini pun jadi menarik karena termasuk sebagai sektor defensif.
Mengutip laporan keuangan kuartal III-2019, PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih 15,65% secara tahunan menjadi Rp 16,46 triliun. Sementara, pendapatan naik tipis 3,45% secara tahunan menjadi Rp 102,63 triliun.
Di periode yang sama, PT XL Axiata (EXCL) juga berhasil membukukan laba bersih Rp 498,41 miliar. Jumlah tersebut membaik karena di kuartal III-2018, EXCL sempat merugi Rp 144,81 miliar.
Perbaikan kinerja juga ditunjukkan PT Indosat (ISAT) yang berhasil mengikis kerugian sebesar 81,51% secara tahunan di kuartal III-2019 menjadi Rp 284,59 miliar dari rugi bersih tahun lalu Rp 1,25 triliun.
Baca Juga: Hasil Liga Saham Big Cap Pekan Kedua: ASII menyodok, BBRI dan BMRI memimpin
Membaiknya kinerja sektor telekomunikasi tersebut banyak disokong dari pertumbuhan pendapatan bisnis data, alih-alih bisnis SMS dan telepon cenderung menurun.
Lihat saja, pertumbuhan bisnis internet dan jasa teknologi informasi TLKM berhasil tumbuh 12,7% secara tahunan menjadi Rp 60,06 triliun hingga kuartal III -2019. Bisnis data dan seluler TLKM juga meningkat 28,73% secara tahunan menjadi Rp 41,42 triliun.
ISAT juga mencatat pendapatan tumbuh 12,4% menjadi Rp 18,85 miliar berkat dukungan bisnis selular yang naik 14,5% menjadi Rp 15,08 triliun. Sementara, pertumbuhan pendapatan dari bisnis multimedia, komunikasi data, internet (MIDI) tumbuh 7,61% menjadi Rp 3,25 miliar.
Begitu pun kinerja EXCL turut disokong oleh naiknya pendapatan rata-rata per pelanggan atawa average revenue per user (ARPU) menjadi Rp 36.000 dari Rp 34.000 pada kuartal sebelumnya. Pendapatan EXCL di kuartal III-2019 berhasil tumbuh 10,82% menjadi Rp 18,72 triliun.
Baca Juga: Terkaya se-Indonesia, harta pemilik Djarum bertambah Rp 32,76 triliun tahun ini
Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Marolop Alfred Nainggolan mengatakan sektor telekomunikasi yang kini fokus mengembangkan bisnis data masih memiliki potensi kenaikan kinerja.
"Penggunaan data per kapita Indonesia jauh lebih rendah dari regional, penetrasi yang belum maksimal bisa jadi peluang yang cukup besar untuk meningkatkan kinerja," kata Alfred, Jumat (13/12).
Tren penggunaan data yang semakin kuat juga menjadi katalis positif bagi sektor halo-halo. Alfred pun menjadikan sektor telekomunikasi sebagai sektor favorit karena sifat bisnis yang defensif.
Ranjan Sharma Analis J.P. Mogran Sekuritas Indonesia dalam risetnya mengatakan persaingan bisnis sektor telekomunikasi akan membaik dengan ISAT yang mulai menaikkan tarif paket data sekitar 10%-40%. Dengan begitu perang tarif bisa mereda dan memungkinkan TLKM di kemudian hari bisa menaikkan tarif juga untuk mempertahankan tarif premiumnya.
Secara kuartalan, hanya EXCL yang total jumlah pelanggannya menurun sebesar 2%. Sementara, total jumlah pelanggan TLKM tumbuh 2% dan ISAT tumbuh 4%.
Baca Juga: Ekspansi Penambahan BTS Indosat (ISAT) Bakal Tuntas Pekan Ini
"Tren penurunan pelanggan di EXCL perlu dipantau secara ketat karena kehilangan pangsa pasar di sebagian kawasan Jawa," kata Ranjan. Bila penurunan total pelanggan membawa dampak kerugian lebih lanjut, Ranjan mengatakan baiknya investor berhati-hati. Oleh karena itu pula, Ranjan mengalihkan preferensinya dari EXCL ke TLKM.
Ranjan merekomendasikan overweight ke TLKM di target harga Rp 4.850 per saham. Namun, Ranjan juga masih merekomendasikan overweight untuk EXCL di target harga Rp 3.950 per saham.
"EXCL masih bisa memanfaatkan keuntungan dari registrasi SIM card untuk menambah market share, kami yakin EXCL mampu meningkatkan pendapatan data seiring dengan perbaikan tarif di sektor ini," kata Ranjan.
Baca Juga: Sektor perbankan hingga telekomunikasi diproyeksi akan bersinar tahun depan
Sementara, TLKM menjadi emiten yang Alfred jagokan karena memiliki market share tertinggi dibanding kompetitornya. Alfred juga menyukai pertumbuhan kinerja TLKM yang stabil.
"Meski pertumbuhan pendapatan TLKM cenderung stabil dan tidak memberi pertumbuhan yang lebih tinggi dari kompetitornya, untuk kondisi 2020 dengan proyeksi pelemahan ekonomi global, emiten yang kinerjanya stabil lebih menarik," kata Alfred.
Alfred merekomendasikan buy untuk TLKM di target harga Rp 5.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News