CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sinyal Deflasi Bayangi Ekonomi China, Harga Minyak Ikut Meredup


Senin, 14 Oktober 2024 / 12:19 WIB
Sinyal Deflasi Bayangi Ekonomi China, Harga Minyak Ikut Meredup
ILUSTRASI. Harga minyak bergerak melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (14/10).REUTERS/Angus Mordant/File Photo


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak bergerak melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (14/10). Penekannya dari sinyal deflasi yang membayangi pertumbuhan ekonomi China. 

Meski demikian, eskalasi konflik yang terus berlanjut di Timur Tengah masih menjadi katalis positif bagi harga minyak.

Mengutip Bloomberg, Senin (14/10) pukul 12.11 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman November 2024 di New York Mercantile Exchange ada di uS$ 74,64 per barel, turun 1,22% dari akhir pekan lalu yang ada di US$ 75,56 per barel.

Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Pasca Pengumuman Stimulus China

Research and Development ICDX Yoga Girta mengatakan, rilis data ekonomi terbaru China menunjukkan tengah menghadapi tekanan deflasi, sehingga berpotensi membebani pemulihan pertumbuhan ekonominya.

Indeks Harga Konsumen secara tak terduga mereda bulan September, naik 0,4% atau kenaikan paling lambat dalam tiga bulan. Namun sebaliknya, Indeks Harga Produsen turun 2,8% yang sekaligus merupakan laju penurunan tercepat dalam enam bulan.

Sebelumnya, Menteri Keuangan China Lan Fo an pada hari Sabtu (12/10) mengumumkan pemerintah telah menyetujui penerbitan utang tambahan. Hal ini guna membantu pemerintah daerah dalam mengatasi masalah utang mereka agar dapat menghidupkan kembali ekonominya yang sedang lesu.

Namun, Fo an tidak merinci besaran paket stimulus yang akan diberikan. 

"Sehingga memicu ketidakpastian dalam mengukur proyeksi pertumbuhan jangka pendek, atau hingga pertemuan legislatif China berikutnya yang diharapkan akan terlaksana dalam beberapa minggu mendatang," tulisnya dalam riset, Senin (14/10).

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi pada hari Minggu (13/10), memperingatkan tindakan Amerika Serikat (AS) yang mengirimkan pasukannya untuk mengoperasikan sistem rudal di Israel, hanya akan membahayakan nyawa pasukannya. Peringatan tersebut dibuat menyusul keputusan Presiden AS, Joe Biden yang mengatakan rencana mengirim pasukan AS ke Israel.

Baca Juga: Harga Minyak Menuju Kenaikan Mingguan, Imbas Potensi Gangguan Pasokan di Timur Tengah

Masih dari Timur Tengah, pasukan militer Israel telah mengerahkan tank-tank yang menerobos gerbang pangkalan pasukan penjaga perdamaian PBB, UNIFIL, di Lebanon Selatan pada hari Minggu pagi. 

Pada hari yang sama, Hizbullah mengatakan pihaknya telah meluncurkan sejumlah drone yang menargetkan kamp militer Israel di Binyamina, Israel utara.

Dari sudut pandang teknis, Yoga menilai harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 77 per barel. 

"Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 73 per barel," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×