kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45887,73   13,33   1.52%
  • EMAS1.365.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Diramal Naik, Imbas Ketegangan Timur Tengah & Kekhawatiran Ekonomi China


Jumat, 28 Juni 2024 / 11:15 WIB
Harga Minyak Diramal Naik, Imbas Ketegangan Timur Tengah & Kekhawatiran Ekonomi China
ILUSTRASI. Dalam sepekan, harga minyak WTI melonjak 1,83% ke US$ 82,21 per barel.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak diperkirakan melanjutkan kenaikan. Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak WTI kontrak Agustus 2024 di Nymex menguat 0,57% ke US$ 82,21 per barel pada Jumat (28/6) pukul 11.07 WIB. Dalam sepekan, harga minyak WTI melonjak 1,83%.

Sejalan, harga minyak Brent kontrak Agustus 2024 di ICE Futures menguat 0,47% ke US$ 86,80 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan internasional ini melonjak 1,83%.

Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan, beberapa faktor yang membuat harga minyak akan naik yaitu ketegangan geopolitik di Timur Tengah, kekhawatiran atas ekonomi China, dan situasi pasar minyak global.

Selain itu, salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga minyak adalah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Serangan udara Israel di Gaza pada Senin (24/6) yang menewaskan sedikitnya 11 warga Palestina telah memicu ketidakstabilan regional. 

Baca Juga: Harga Minyak Melonjak Pekan Ini, Risiko Perang Mengalahkan Kenaikan Persediaan AS

Kemudian, pergerakan tank-tank Israel di Rafah dan kembalinya ke daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai di bagian utara memperburuk situasi. Konflik ini menambah ketidakpastian pasokan minyak dari kawasan yang kaya akan minyak, sehingga mendorong harga naik.

Tak hanya konflik di Timur Tengah, Fischer bilang, kekhawatiran global lainnya juga mempengaruhi harga minyak. Ekonomi China, yang merupakan salah satu konsumen minyak terbesar di dunia, menunjukkan tanda-tanda stagnasi. Rebound ekonomi yang diharapkan belum terealisasi, dan tingkat pengangguran yang tinggi semakin memperburuk situasi. 

“Kekhawatiran itulah yang menambah tekanan pada harga minyak, karena permintaan dari China diperkirakan akan tetap rendah,” kata Fischer dalam riset hariannya, Jumat (28/6). 

Baca Juga: Harga BBM Hari Ini Juni 2024, Pertalite, Pertamax, Shell, BP Apakah Berubah?

Menurut dia, secara tren harga minyak masih cenderung naik dan belum ada tanda-tanda perubahan signifikan. Fischer mencatat bahwa meskipun ada fluktuasi jangka pendek, tren jangka panjang menunjukkan kecenderungan kenaikan harga. Ini disebabkan oleh kombinasi faktor geopolitik dan ekonomi yang kompleks, serta sentimen pasar yang cenderung bullish

Lebih lanjut, Fischer mengatakan bahwa berita terkini mengenai harga minyak hari ini, Jumat (28/6) juga menyoroti isu impor used cooking oil (UCO) atawa minyak jelantah dari China ke AS. Koalisi senator AS dari negara-negara bagian pertanian mengadvokasi pengawasan yang lebih ketat terhadap impor UCO ini. 

“Mereka menyatakan kekhawatiran akan potensi penipuan, di mana impor UCO dicurigai mengandung minyak kelapa sawit murni, yang terkait dengan deforestasi dan kerusakan lingkungan,” kata Fisher. 

Untuk diketahui, para senator, dalam surat yang dikirimkan pada 20 Juni kepada berbagai badan pengatur AS, menekankan peningkatan dramatis dalam impor minyak kelapa sawit. Dari sebelumnya mengimpor kurang dari 200 juta pon per tahun, AS kini melihat impor melebihi 3 miliar pon pada tahun 2023, dengan China menyumbang lebih dari setengah dari volume tersebut. 

“Mereka menekankan pentingnya memastikan transparansi dan verifikasi untuk impor ini, guna menjaga integritas industri bahan bakar terbarukan,” imbuhnya. 

Baca Juga: Dilema Pasokan CPO untuk Pangan dan Energi

Surat tersebut ditandatangani oleh senator-senator dari Partai Republik dan Demokrat, termasuk Chuck Grassley, Joni Ernst, Roger Marshall, Deb Fischer, Pete Ricketts, dan Sherrod Brown. Mereka meminta informasi rinci tentang upaya penegakan dan verifikasi terkait impor UCO kepada Badan Perlindungan Lingkungan Hidup (EPA), Departemen Pertanian, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan, serta Perwakilan Dagang Amerika. 

Pengalaman di Eropa menunjukkan bahwa pengawasan yang lebih ketat dapat mencegah kesalahan pelabelan, dan para senator berharap AS dapat menerapkan langkah-langkah serupa.

Dalam konteks ini, Fischer menekankan bahwa ketidakpastian terkait pasokan minyak dari Timur Tengah dan potensi penipuan dalam impor UCO dari China ke AS merupakan faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi harga minyak. Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, dia memprediksi harga minyak hari ini akan naik.

Selanjutnya: BASF dan Eramat Batal Investasi, Anggota Komisi VII Minta Pemerintah Segera Berbenah

Menarik Dibaca: Promo Hypermart Beli Banyak Lebih Hemat 28 Juni-1 Juli 2024, Wafer Beli 1 Gratis 1!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×