Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak diprediksi menguat. Berdasarkan Trading Economics, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik tipis 0,03% ke level US$ 81,64 per barel pada Selasa (25/6) pukul 10.45 WIB. Sedangkan harga minyak Brent juga mulai menguat 0,02% ke posisi US$ 86,01 per barel.
Analis Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer melihat bahwa tren harga minyak menunjukkan kecenderungan naik yang konsisten tanpa adanya tanda-tanda perubahan yang signifikan. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi kenaikan harga ini adalah ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta kekhawatiran atas stagnasi ekonomi China dan tingkat pengangguran yang tinggi.
Fischer mengatakan, adanya ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Palestina, menjadi faktor utama yang mempengaruhi harga minyak global.
Pada Senin (24/6), serangan udara Israel di Gaza mengakibatkan tewasnya sedikitnya 11 warga Palestina. Selain itu, tank-tank Israel juga maju di Rafah dan kembali memasuki daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai di bagian Utara.
Baca Juga: Harga Minyak Naik Karena Ekspektasi Permintaan Bahan Bakar
“Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran akan terganggunya suplai minyak dari kawasan yang kaya akan sumber daya alam tersebut,” kata Fischer dalam riset harian, Selasa (25/6).
Fischer menuturkan bahwa situasi tersebut perlu diperhatikan dengan seksama karena dapat terus mendorong harga minyak naik dalam jangka pendek. Selain ketegangan di Timur Tengah, kondisi ekonomi China juga menjadi faktor yang signifikan dalam analisis harga minyak.
Menurut dia, meskipun harga minyak menunjukkan sedikit perubahan pada Selasa (25/6), namun pasar terus menilai keseimbangan antara ketegangan suplai dan pemulihan ekonomi di China.
Dia menyebutkan, kontrak berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik sedikit sebesar 7 sen menjadi US$ 86,06 per barel, sedangkan kontrak untuk bulan September naik 8 sen menjadi US$ 85,23. Minyak mentah berjangka WTI AS juga naik 11 sen menjadi US$ 81,74 per barel.
Baca Juga: Harga BBM Hari Ini Juni 2024, Pertalite, Pertamax, Shell, BP Apakah Berubah?
Namun, Fischer melihat bahwa kekhawatiran atas rebound ekonomi China yang cenderung stagnan masih membayangi pasar minyak. Para peritel di China menghadapi tantangan setelah acara belanja online pertengahan tahun yang mengecewakan.
Di mana, belanja konsumen di China, yang merupakan importir minyak terbesar di dunia, telah melemah karena kekhawatiran tentang kondisi keuangan pribadi, penurunan pasar perumahan, pertumbuhan upah yang stagnan, dan pengangguran kaum muda yang tinggi.
“Faktor-faktor ini membahayakan target China untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sekitar 5% tahun ini,” kata dia.
Secara keseluruhan, Fischer bilang, tren harga minyak diprediksi masih menunjukkan kecenderungan naik, meskipun ada kekhawatiran atas kondisi ekonomi China. Rebound ekonomi global yang lambat serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah dapat terus mendorong harga minyak naik.
“Meskipun pasar minyak menunjukkan sedikit perubahan, tren jangka panjang masih cenderung naik karena faktor-faktor fundamental yang mendasarinya,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News