Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Noverius Laoli
Lalu, bagi investor jangka menengah atau dua sampai lima tahun bisa mengombinasikan dananya ke saham, obligasi, dan reksadana pendapatan tetap untuk menjaga keseimbangan risiko dan keuntungan.
"Sementara untuk jangka panjang, bisa fokus diversifikasi ke reksadana saham dan campuran untuk memaksimalkan portofolio," imbuh Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (02/5).
Melvin melanjutkan, investor perlu mengecek kembali expected return yang diharapkan apakah sudah terpenuhi, apakah alokasi investasi masih bisa memenuhi kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang, dan bagaimana dengan legalitas serta perpajakannya.
Melvin mengatakan, dengan melihat kondisi pasar dan durasi investasinya, investor dapat mempertimbangkan alokasi aset berikut.
Baca Juga: Di Tengah Ketidakpastian Global Aset Kripto Jadi Pilihan Investasi Alternatif
Jangka pendek:
- Reksadana pasar uang, deposito, dan emas : 30%
- Obligasi pemerintah dan obligasi korporasi : 40%
- Bitcoin : 1%
- Dividen stock : 19%
- Value Stock : 10%
Jangka menengah:
- Reksadana pasar uang, deposito, dan emas : 20%
- Obligasi pemerintah dan obligasi korporasi : 30%
- Bitcoin : 2%
- Dividen stock : 18%
- Value stock : 30%
Baca Juga: Investasi Emas Saat Ekonomi Tak Stabil Memiliki Risiko Ini, Cek Penjelasannya
Jangka panjang:
- Reksadana pasar uang, deposito, dan emas : 20%
- Obligasi pemerintah dan obligasi korporasi : 25%
- Bitcoin : 5%
- Dividen stock : 15%
- Value stock : 35%
"Sementara untuk alokasi ke valuta asing, saya rasa kembali lagi pada masing-masing investornya. Jika investor individual, kebutuhan mereka tidak ke sana. Tetapi, jika investor institusi bisa saja masuk ke sana," tutup Melvin.
Selanjutnya: Warren Buffett Pensiun dari Berkshire
Menarik Dibaca: 10 Jus Buah untuk Penderita Asam Lambung yang Aman Dikonsumsi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News