Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten sektor transportasi dan logistik diproyeksikan masih bisa melaju di tahun 2025.
Pada akhir perdagangan Senin (2/6), IDX Transportation and Logistic (IDX Trans) tercatat naik 3,13% sejak awal tahun alias year to date (YTD).
Laju kinerja IDX Trans itu lebih tinggi dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 0,21% YTD.
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas, Fath Aliansyah mengatakan, penggerak kinerja IDX Trans adalah saham PT Blue Bird Tbk (BIRD) dan PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR).
Melansir RTI, saham saham BIRD naik 18,63% YTD dan saham SMDR naik 10,45% YTD.
“Namun hal yang perlu diperhatikan adalah mayoritas saham-saham yang tergabung di indeks ini memiliki likuiditas yang tergolong kecil,” ujarnya kepada Kontan, Senin (2/6).
Baca Juga: Emiten Transportasi Berpotensi Tuai Cuan Saat Lebaran, Simak Rekomendasi Sahamnya
Alhasil, Fath belum memberikan rekomendasi saham konstituen IDX Trans.
Disisi lain, tim riset Kiwoom Sekuritas Indonesia mengatakan, kenaikan kinerja IDX Trans didorong oleh ekspektasi pemulihan mobilitas, sentimen libur panjang, serta penurunan harga minyak yang meringankan beban operasional beberapa emiten, seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan BIRD.
Saham SMDR juga ikut naik seiring harapan stabilnya volume ekspor-impor dan tarif kargo.
“Kinerja saham secara mayoritas inline dengan kinerja kuartal I 2025, seperti BIRD, SMDR, dan ASSA berhasil tumbuh baik dari sisi top and bottom line,” ujar mereka kepada Kontan, Senin (2/6).
Ke depan, potensi penguatan emiten konstituen IDX Trans masih terbuka, tapi tetap bergantung pada kekuatan data kinerja kuartal II dan konsistensi sentimen pemulihan.
Meski begitu, tetap ada tantangan seperti struktur utang khususnya di GIAA, sensitivitas terhadap harga energi, ketatnya persaingan di sektor logistik, serta drama merger dan akusisi (M&A).
Sehingga, saham yang masih menarik antara lain SMDR karena valuasi relatif murah dan fundamentalnya solid dengan target harga Rp 250 per saham. Lalu, BIRD yang punya kas kuat dan sedang beradaptasi secara digital, dengan target harga Rp 2.100 per saham. Serta, ASSA lewat eksposur logistik dan lelang kendaraan, dengan target harga Rp 800 per saham.
“GIAA juga bisa dilirik bagi yang siap ambil risiko tinggi dengan potensi upside besar, asalkan manajemen bisa menjaga momentum restrukturisasi. Kami masih agak pesimis,” ungkap Tim Riset Kiwoom Sekuritas.
Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan melihat, performa IHSG kalah secara YTD oleh lima indeks sektoral selain Translog, yaitu indeks sektor energi, basic materials, healthcare, financials, dan technology.
Namun, bobot sektor transportasi dalam IHSG relatif kecil dibandingkan sektor-sektor utama lainnya, seperti perbankan, barang konsumen, atau energi.
Meskipun begitu, kinerja sektor transportasi terlihat mencolok karena beberapa konstituen utama, seperti GIAA, SMDR, BIRD, dan lainnya mengalami penguatan signifikan sejak Maret 2025 setelah sebelumnya sempat mengalami tekanan harga.
Baca Juga: Melihat Prospek Kinerja Emiten Sektor Transportasi dan Logistik yang Masih Macet
Sayangnya, penguatan tersebut lebih bersifat teknikal dan momentum-driven, bukan murni mencerminkan perbaikan fundamental secara menyeluruh.
“Dari beberapa emiten, hanya SMDR yang menunjukkan kinerja keuangan yang sejalan dengan kenaikan harga sahamnya, dengan mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada kuartal I-2025 berkat efisiensi biaya dan peningkatan volume logistik,” ujarnya kepada Kontan, Senin (2/6).
Ekky melihat, sektor-sektor yang mendorong kinerja IHSG sepanjang tahun ini sebenarnya datang dari sektor emas (barang baku), teknologi, dan energi. Adapun sektor yang sebelumnya menjadi penekan IHSG adalah sektor barang konsumen non-primer, konsumer primer, industri, dan infrastruktur.
“Tapi, sejak April mulai terlihat adanya perbaikan bertahap dari emiten-emiten di sektor tersebut, yang dapat menjadi sinyal positif bagi rotasi sektoral ke depan,” ungkapnya.
Memasuki kuartal II, kinerja sektor transportasi diperkirakan masih menghadapi tekanan. Pelemahan perdagangan global serta perlambatan ekspor menjadi tantangan utama bagi emiten di sektor ini.
Selain itu, lemahnya daya beli masyarakat turut menurunkan ekspektasi terhadap kebutuhan transportasi dan logistik.
Baca Juga: Kabar Gembira! Sri Mulyani Umumkan Diskon Tiket Transportasi Juni–Juli 2025
“Tanpa adanya stimulus fiskal, konsumsi, atau belanja pemerintah yang signifikan, permintaan terhadap layanan sektor ini kemungkinan akan tetap moderat dalam waktu dekat,” katanya.
Namun, menurut Ekky, SMDR tetap menjadi salah satu saham yang menarik untuk dikoleksi. Secara teknikal, tren harga saat ini sedang dalam fase bullish dengan target penguatan menuju Rp 400 per saham dan bisa ke Rp 500 - Rp 530 per saham jika tren berlanjut.
Hal itu didukung oleh fundamental yang solid dan prospek bisnis logistik yang relatif defensif. “SMDR layak diperhatikan sebagai saham sektor transportasi unggulan,” tuturnya.
Di sisi lain, PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) juga memberikan peluang trading jangka menengah. Target harga terdekat berada di Rp 800 - Rp 820 per saham.
“ASSA berpotensi kembali menguji level psikologis di Rp 1.000 per saham jika momentum kenaikan berlanjut dan ditopang oleh pemulihan kinerja operasional,” tuturnya.
Selanjutnya: Surplus Neraca Perdagangan Indonesia April 2025 Menyusut, Paling Mini Sejak Mei 2020
Menarik Dibaca: Moms Wajib Lakukan 4 Hal Ini Setelah Berhubungan Seks Untuk Kebersihan Vagina Ya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News