Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten sektor transportasi dan logistik terpantau masih belum melaju di sisa tahun 2024.
Melansir data dari laman Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (27/12), indeks IDX Transportation and Logistic (IDXTRANS) tercatat masih terkoreksi 19,26% sejak awal tahun alias year to date (YTD).
Meskipun saat ini sudah memasuki libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), tampaknya tak semua emiten kebagian berkah dari momentum ini.
Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) Prodjo Sunarjanto mengatakan, bisnis ASSA berfokus pada rental transportasi kepada perusahaan. Alhasil, permintaan rental transportasi ASSA di periode liburan cenderung turun.
Baca Juga: BEI Beberkan Sektor Potensial di Tahun 2025, Apa Saja?
“Sementara, layanan logistik selama masa liburan juga terganggu, lantaran ada larangan truk beroperasi selama puncak liburan, walaupun volume pengirimannya meningkat,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (27/12).
Menurut Prodjo, ASSA sudah menggunakan seluruh anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) perseroan di tahun 2024 yang sebesar Rp 1,5 triliun.
“Dana tersebut digunakan ASSA untuk pembelian mobil,” ungkapnya.
Founder Stocknow.id, Hendra Wardana melihat, penurunan kinerja IDXTRANS mencerminkan tantangan besar yang dihadapi industri ini, meskipun mobilitas masyarakat sudah pulih dan terdapat momentum seperti Pemilu, Pilkada, serta libur Lebaran yang panjang.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh perlambatan ekonomi global dan domestik yang menekan aktivitas perdagangan dan logistik.
Selain itu, kenaikan harga bahan bakar sepanjang tahun meningkatkan beban operasional perusahaan, sehingga margin keuntungan tergerus.
Persaingan ketat dari perusahaan berbasis teknologi di sektor logistik juga mempersulit emiten tradisional untuk mempertahankan pangsa pasar.
“Faktor valuasi saham yang sebelumnya dinilai mahal menjadi alasan tambahan bagi investor melakukan aksi profit-taking, menambah tekanan pada indeks,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (27/12).
Secara individual, emiten-emiten di IDXTRANS mengalami tekanan kinerja yang signifikan. PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 14,91% secara tahunan alias year on year (YoY) per kuartal III 2024, karena melemahnya perdagangan internasional.
Lalu, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mengalami tekanan dengan penurunan laba bersih sebesar 11,11% YoY per kuartal III akibat persaingan dengan layanan ride-hailing berbasis aplikasi.
Baca Juga: Window Dressing Dimulai, Intip Rekomendasi Saham Indo Premier Sekuritas Pekan Ini
ASSA juga menghadapi penurunan laba bersih 15,19% YoY per kuartal III, sebagian besar karena beban operasional yang meningkat di segmen logistik dan rental kendaraan.
Sementara itu, PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 9,88% YoY per September 2024 karena ketergantungan yang tinggi pada sektor komoditas yang bergejolak.
“Dari kinerja saham, SMDR menunjukkan fundamental yang relatif lebih solid meskipun menghadapi tekanan. Sementara, ASSA menjadi salah satu emiten dengan kinerja saham terburuk,” ungkapnya.
Melansir RTI, saham SMDR tertekan 14,38% year to date (YtD) dan saham ASSA turun 15,19% YtD.
Di tahun 2025, Hendra melihat, ada harapan bagi sektor transportasi dan logistik untuk pulih. Hal ini didukung oleh pemulihan ekonomi domestik yang lebih baik jika kebijakan pasca Pemilu 2024 mendukung pasar.
Lalu, digitalisasi layanan logistik menjadi salah satu kunci keberhasilan bagi emiten, seperti SMDR dan ASSA, untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.
Selain itu, stabilisasi harga bahan bakar global dapat membantu mengurangi tekanan pada margin keuntungan perusahaan.
Alhasil, emiten yang memiliki strategi adaptasi teknologi dan diversifikasi usaha berpeluang mencatatkan kinerja yang lebih baik di tahun depan.
“Misalnya, SMDR yang kuat di segmen logistik global dan BIRD yang memiliki peluang memperluas layanan berbasis aplikasi untuk menarik lebih banyak konsumen,” ungkapnya.
Hendar merekomendasikan speculative buy untuk SMDR di level Rp 280 per saham, dengan target harga di level Rp 300 per saham. Sentimen positifnya berasal dari prospek diversifikasi bisnis emiten.
BIRD direkomendasikan buy on weakness di level Rp 1.560 per saham, dengan target harga Rp 1.840 per saham lantaran didukung oleh potensi emiten untuk mengembangkan layanan berbasis teknologi.
Sementara itu, ASSA direkomendasikan trading buy di level Rp 700 per saham, dengan target harga Rp 745 per saham. Ini dengan harapan adanya peningkatan efisiensi dan diversifikasi layanan dari perseroan ke depannya.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta melihat, penurunan kinerja IDXTRANS disebabkan oleh penurunan saham para emiten konstituennya di sepanjang tahun 2024.
Emiten konstituen IDXTRANS terdiri dari emiten mid dan small caps. Hal ini membuat para investor kurang meminati emiten di sektor ini di tengah volatilitas pasar.
“Preferensi para investor masih berfokus pada emiten big caps,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (27/12).
Di sisi lain, kinerja para emiten konstituen IDXTRANS juga masih beragam, dengan kecenderungan di bawah ekspektasi.
Padahal, tahun 2024 dipenuhi sejumlah sentimen yang cukup positif untuk mobilitas masyarakat yang mulai kembali bepergian jauh. Misalnya, Pemilu dan Pilkada 2024, Ramadan, Liburan Lebaran, serta Libur Natal dan Tahun Baru.
“Dengan sentimen itu, wajar jika para investor tidak memilih untuk mengoleksi saham emiten sektor translog. Ini semata untuk menjaga dan meningkatkan portofolio masing-masing investor,” ungkapnya.
Di tahun 2025, kinerja para emiten sektor translog juga masih menghadapi tantangan yang sama.
Dengan adanya potensi era suku bunga yang diperkirakan masih tinggi, hal itu membuat pasar menantikan dampaknya terhadap beban dari biaya pinjaman para emiten translog.
Menurut Nafan, sentimen positif yang bisa meningkatkan kinerja emiten translog di tahun 2025 justru berasal dari aksi korporasi masing-masing perseroan, seperti buyback saham dan pembagian dividen.
“Aksi korporasi itu bisa memberikan sinyal bahwa saham emiten translog bisa lebih likuid di tahun depan,” tuturnya.
Nafan merekomendasikan buy on weakness untuk ASSA dengan target harga terdekat di Rp 715 per saham.
Selanjutnya: Kerja Sama Strategis Rusia-China Menguat, Xi Jinping Akan ke Rusia pada 2025
Menarik Dibaca: Investasi Saham Syariah Kian Populer, Ini 6 Keunggulannya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News