Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara anjlok menggempur kinerja keuangan PT Indika Energy Tbk (INDY). Namun, analis memproyeksikan diversifikasi bisnis INDY yang lain dapat menjadi bantalan dari tekanan pelemahan permintaan batubara.
Berdasarkan laporan keuangan periode kuartal I-2020, INDY mencatat pendapatan sebanyak US$ 641,5 juta. Jumlah tersebut menurun 8,5% dari US$ 700,7 juta di kuartal I-2019.
Penjualan yang tidak bertumbuh membuat INDY harus merasakan rugi sebesar US$ 21 juta di periode tersebut. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu INDY berhasil meraup laba bersih sebesar US$ 11,7 juta.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, faktor penurunan harga batubara menjadi faktor utama yang membuat pendapatan INDY menurun.
Baca Juga: Pasar batubara tertekan, begini kinerja operasional Indika Energy di semester I
Sukarno Alatas Analis OSO Sekuritas menambahkan pandemi Covid-19 merupakan biang keladi dari penurunan pendapatan INDY.
"Pembatasan wilayah di China sebagai negara sumber virus membuat permintaan batubara menurun," kata Sukarno, Rabu (26/8).
Padahal, mayoritas penjualan batubara INDY adalah ekspor dan kontribusi penjualan ke China jadi yang paling besar di 35%.
Ditambah lagi, pada kuartal II-2020 penyebaran virus semakin parah dan di luar perkiraan sehingga menyebabkan banyak negara melakukan lockdown.
Akibatnya, aktivitas ekspor impor menurun drastis. Belum lagi, pembatasan aktivitas di dalam negeri juga mempengaruhi permintaan batubara yang INDY produksi.
Para analis memproyeksikan permintaan batubara masih cenderung menurun hingga akhir tahun. INDY pun membuka kemungkinan untuk mengurangi volume produksi guna menjaga stabilitas harga batubara.
"Produksi pastinya bisa turun dulu agar efisiensi cost dan untuk menjaga cashflow tetap aman," kata Sukarno.
Diversifikasi bisnis
Meski permintaan batubara menurun, diversifikasi bisnis INDY yang lain berpotensi menambah pemasukan. Sukarno melihat sentimen lain yang bisa menjaga kinerja dan harga saham INDY tidak jatuh terlalu dalam selain keadaan new normal bisa datang dari kepemilikan saham INDY di proyek emas Awak Mas.
Baca Juga: Perkuat bisnis, beberapa anak usaha Indika Energy (INDY) lakukan transaksi afiliasi
Proyek tambang emas ini berada di Sulawesi Selatan. "Emas bisa dijadikan katalis positif karena di saat kondisi ekonomi terpuruk emas jadi pilihan investasi," kata Sukarno.
Selain itu, di tahun ini INDY juga tengah fokus membangun fuel storage di Kalimantan Timur. Chris berharap diversifikasi bisnis tersebut bisa membantu pemasukan pendapatan INDY di tahun ini.
"Tidak ketinggalan, pembangkit listrik yang dimiliki INDY seharusnya dapat memberikan tambahan pendapatan," kata Chris.
Sukarno menambahkan INDY juga memiliki kesempatan untuk menggenjot penjualan batubara di dalam negeri, seiring niat pemerintah yang ingin menambah pembangkit listrik domestik.
Namun, secara keseluruhan belum ada sentimen positif lain yang signifikan bisa mengerek harga batubara. Hingga Agustus harga batubara acuan (HBA) menurun 3,49% menjadi US$ 50,34 per ton dibandingkan HBA Juli sebesar US$ 53,15 per ton. Dalam lima bulan terakhir HBA sudah dalam tren menurun.
Sukarno memproyeksikan kinerja di kuartal III dan IV berpotensi lebih baik dari kuartal I dan II. Namun, secara tahunan kinerja di tahun ini akan tetap lebih rendah dibandingkan dengan kinerja tahun lalu.
Senada, Chris memproyeksikan harga batubara masih cendeurng melemah dan kemungkinan besar pendapatan INDY di tahu ini masih sulit tumbuh. Namun, biasanya permintaan batubara di akhir tahun meningkat akibat musim dingin di negara tujuan ekspor.
Baca Juga: Emiten Batubara Tertekan, Saham INDY, PTBA, ADRO, dan ITMG Masih Menarik
"Pemakaian batubara biasanya akan meningkat di akhir tahun ditambah INDY mulai masuk ke tambang emas, kemungkinan dapat membantu kinerja INDY di semester II tahun ini," kata Chris.
Selain itu, Chris juga berharap di semester II-2020 relaksasi lockdown di beberapa negara tujuan ekspor INDY bisa memberikan efek positif terhadap permintaan batubara.
Chris memproyeksikan seharusnya INDY masih dapat mempertahankan pendapatan sebesar 5% di tahun akhir tahun ini.
Chris merekomendasikan beli di target harga Rp 1.400 per saham. Sementara, Sukarno merekomendasikan hold atau trading buy dengan target harga Rp 1.200 per saham-Rp 1.300 per saham.
"INDY masih memiliki kesempatan untuk bertumbuh setelah aktivitas ekonomi di beberapa negara kembali menghidupkan ekspor untuk INDY," kata Sukarno.
Secara valuasi, Sukarno menilai harga saham INDY masih murah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News