Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara beranjak naik, prospek kinerja PT Harum Energy Tbk (HRUM) berpotensi kembali memanas di jangka panjang. Meskipun perlu diakui, hingga kuartal III-2019 kinerja emiten tersebut cenderung masih lesu.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menjelaskan, untuk saat ini kinerja emiten masih cenderung lesu. Ini terbukti dari kinerja emiten di kuartal III-2019 yang membukukan penurunan pendapatan menjadi sebanyak 14,02% menjadi US$ 200,28 juta year on year (yoy). Alhasil, laba bersih emiten pun ikut turun sebanyak 29,42% menjadi US$ 16,05 juta yoy.
Baca Juga: Harga Batubara dan Isu Lingkungan Menekan Harum Energy (HRUM), Ini Rekomendasi Analis premium
Di sisi lain, pergerakan harga batubara akhir-akhir ini kembali memanas. Pada perdagangan di awal pekan (18/11) saja harga sempat menyentuh level US$ 70,20 per ton untuk kontrak pengiriman Januari 2020 di ICE Futures Exchange. Sekaligus menunjukkan bahwa ada kenaikan 3,54% dalam sepekan.
Nafan optimistis, kenaikan harga batubara tersebut bisa berdampak positif bagi kinerja HRUM. Hanya saja, dampaknya baru akan terasa di tahun depan.
"Jika tingkat produktivitas batubara di Mahakam Sumber Jaya bisa dimaksimalkan, maka akan memberikan katalis positif lagi bagi kinerja HRUM mendatang," ungkap Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (21/11).
Baca Juga: Harum Energy (HRUM) mengejar target produksi batubara
Di sisi lain, seiring masih lesunya kinerja emiten tambang di tahun ini, Nafan menilai langkah efisiensi perlu dilakukan. Bahkan, menurutnya efisiensi bakal menjadi kunci untuk kinerja HRUM yang lebih positif di jangka panjang.
Untuk saat ini, Nafan masih merekomendasikan investor untuk melakukan akumulasi beli. Prediksinya di jangka panjang, target harga Rp 1.975 per saham. Mengutip RTI, pada perdagangan Kamis (21/11) saham HRUM ditutup koreksi Rp 1.330 per saham atau koreksi 1,85%.
Analis Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia Janeman Latul dalam risetnya 13 Juni 2019 memaparkan, di luar harga batubara yang naik turun, upaya manajemen dalam mengelola perusahaan dianggap cukup baik.
Baca Juga: Harum Energy sudah menikmati kenaikan harga jual batubara rata-rata 13,4%
Namun, dengan merebaknya kebijakan ramah lingkungan, pasar cenderung mencari batubara dengan kandungan sulfur rendah atau di bawah 0,4%. Sementara itu, produksi batubara HRUM memiliki kandungan sulfur sekitar 0,8%, sehingga ke depan emiten perlu mencari batubara dengan kandungan yang lebih rendah, tentunya itu membutuhkan biaya lebih.
Untuk itu, Janeman juga memangkas proyeksi angka penjualan HRUM di 2019 dan 2020 menjadi 4,6 juta ton dari prediksi sebelumnya di 2019 sebanyak 5,6 juta ton dan di 2020 sebanyak 6 juta ton.
Baca Juga: Harum Energy (HRUM) catatkan pendapatan US$ 232,96 juta hingga kuartal III-2018
Biaya beban dan penurunan harga batubara juga membuatnya memangkas proyeksi laba emiten di 2019 menjadi US$ 12 juta dan US$ 11 juta di 2020.
"Kami juga menurunkan rekomendasi dari beli menjadi tahan (hold), dengan target harga Rp 1.400 per ton," jelas Janeman dalam risetnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News