Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Wall Street mencatat kenaikan tajam pada Jumat (12/4), saat musim laporan keuangan kuartal I dimulai dan investor menutup pekan penuh gejolak yang didominasi oleh perang dagang multi-front yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump.
Ketiga indeks utama saham AS ditutup menguat, didorong pernyataan dari Presiden The Fed Bank of Boston Susan Collins yang menegaskan bahwa The Fed siap bertindak menjaga stabilitas pasar keuangan jika diperlukan.
Baca Juga: Wall Street Anjlok Imbas Kekhawatiran Tarif, Bank Besar Memulai Rilis Laporan Kinerja
Melansir Reuters, Dow Jones Industrial Average naik 619,05 poin (1,56%) ke 40.212,71, indeks S&P 500 menguat 95,31 poin (1,81%) ke 5.363,36, dan Nasdaq Composite melonjak 337,15 poin (2,06%) ke 16.724,46.
Dalam catatan kepada klien, Citi memangkas target akhir tahun untuk indeks S&P 500 dari 6.500 menjadi 5.800, mengutip dampak tarif dan tanda-tanda perlambatan ekonomi.
Selama sepekan, indeks S&P 500 dan Dow Jones membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak November 2023. Sementara Nasdaq mencatatkan lonjakan mingguan tertinggi sejak November 2022.
Padahal, pekan ini pasar sempat diguncang oleh pencabutan sementara tarif terhadap barang-barang Eropa, serta aksi balasan China terhadap kenaikan tarif dari AS.
Volatilitas tinggi mewarnai perdagangan, dengan selisih antara titik tertinggi dan terendah mingguan S&P 500 menjadi yang paling lebar sejak Maret 2020, saat pandemi memicu lockdown global.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Anjlok: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Kembali Dilanda Aksi Jual
"Investor sedang berada di tengah tarik-menarik, mencari sinyal positif bahwa ketidakpastian yang menghantui pasar akan segera reda," ujar Greg Bassuk, CEO AXS Investments di New York.
"Volatilitas kini menjadi narasi baru bagi investor. Pekan ini mungkin hanya prolog dari gejolak yang lebih besar di depan."
Ketegangan meningkat setelah China membalas kenaikan tarif AS hingga mencapai tarif efektif sebesar 145%.
Perang dagang ini tak hanya memicu fluktuasi tajam di pasar saham, tetapi juga mendorong ekspektasi inflasi konsumen AS ke level tertinggi sejak 1981.
Baca Juga: Pejabat The Fed: Tarif akan Mendorong Inflasi dan Pengangguran
Musim Laporan Keuangan Dimulai Positif
Musim laporan keuangan kuartal pertama dimulai dengan catatan positif. JPMorgan Chase, Morgan Stanley, dan Wells Fargo melaporkan laba yang melampaui ekspektasi.
Namun, kekhawatiran akan perlambatan ekonomi akibat perang dagang menahan euforia pasar terhadap sektor perbankan.
Analis saat ini memperkirakan pertumbuhan laba agregat perusahaan di indeks S&P 500 mencapai 8,0% untuk kuartal pertama—lebih rendah dari proyeksi awal kuartal sebesar 12,2%, menurut data LSEG.
Dari sisi data ekonomi, inflasi produsen menunjukkan tanda-tanda pelonggaran, dengan indeks harga produsen (PPI) turun 0,4% secara tak terduga bulan lalu.
Baca Juga: Perang Dagang AS-China Ancam Stabilitas Ekonomi Global, Ini Peringatan The Fed
Namun, survei terpisah menunjukkan sentimen konsumen memburuk, dengan ekspektasi inflasi satu tahun ke depan melonjak ke 6,7%, tertinggi sejak 1981.
Presiden The Fed Bank of New York John Williams turut meredakan kekhawatiran dengan mengatakan bahwa ekonomi AS tidak sedang menuju stagflasi (gabungan inflasi tinggi dan pertumbuhan rendah) dan bahwa bank sentral akan bertindak untuk mencegah skenario tersebut.
Selanjutnya: Indo Tambangraya Megah (ITMG) Menyebar Dividen Jumbo
Menarik Dibaca: Resep Leunca Rebon Ala Rudy Choirudin: Enak, Tidak Pahit, dan Masih Renyah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News