Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak bosan-bosan, harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di tengah panasnya tensi perang dagang. Respon pasar terhadap data inflasi AS turut mendorong harga emas dunia.
Berdasarkan Trading Economics, emas spot berada di US$ 3.215 per ons troi atau naik 0,81% pada Jumat (11/4) pukul 11.16 WIB. Sepekan terakhir, harga emas melesat 5,92%.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha mengatakan penguatan harga emas saat ini merupakan hasil dari tekanan geopolitik dan respons pasar terhadap data inflasi AS yang mengejutkan. Namun, dia juga menekankan bahwa potensi koreksi tetap perlu diwaspadai, terutama jika terjadi aksi ambil untung di pasar.
"Apabila harga gagal mempertahankan momentum bullish dan terjadi pembalikan arah, maka level US$ 3.182 bisa menjadi titik support penting dalam jangka pendek," tulisnya dalam riset, Jumat (11/4).
Kondisi makroekonomi saat ini memang sangat mendukung penguatan harga emas. Melemahnya Dolar AS menjadi salah satu katalis utama, setelah data inflasi AS menunjukkan penurunan yang lebih besar dari ekspektasi.
Baca Juga: Harga Emas Tembus ke Atas US$ 3.210 Per Ons Troi di Siang Ini (11/4), Rekor Baru
Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Maret turun menjadi 2,4% YoY, dibandingkan bulan sebelumnya di 2,8%, dan lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 2,6%. Penurunan inflasi ini memberikan ruang bagi The Fed untuk tetap mempertahankan suku bunga, meskipun tekanan geopolitik tetap menjadi fokus utama pasar.
Meskipun ekspektasi penurunan suku bunga The Fed mulai berkurang, pasar tetap memperkirakan adanya penurunan suku bunga lanjutan pada bulan Juni, dengan kemungkinan penurunan hingga 1% sepanjang tahun ini. Sentimen ini menahan laju penguatan Dolar AS dan memperkuat daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian.
Di sisi lain, tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali meningkat tajam. Presiden AS, Donald Trump, secara mendadak menaikkan tarif terhadap produk China hingga 125%, sebagai tanggapan atas kebijakan balasan dari Beijing sebesar 84%.
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa total tarif terhadap China kini mencapai 145%. Langkah ini meningkatkan kekhawatiran terhadap potensi perlambatan ekonomi global dan semakin mendorong investor untuk mengalihkan dana ke emas.
Secara keseluruhan, Andy menuturkan bahwa tren harga emas masih dalam jalur kenaikan yang kuat. Kombinasi antara ketegangan geopolitik, inflasi rendah, dan sentimen dovish dari bank sentral global menjadi bahan bakar utama bagi penguatan emas dalam waktu dekat.
"Secara teknikal, pola candlestick dan pergerakan indikator Moving Average menunjukkan tren bullish yang semakin solid. Jika tidak ada gangguan, harga berpotensi menguji level resistance berikutnya di US$ 3.225," tutupnya.
Baca Juga: Harga Emas Antam Logam Mulia Naik Rp 43.000 Per Gram Hari Ini Jumat (11/4)
Selanjutnya: Volatilitas Tinggi Di Pasar Modal, OJK: Menyimpan Uang Di Bank Jadi Opsi
Menarik Dibaca: 6 Judul Film Animasi Studio Ghibli Paling Populer yang Wajib Ditonton Semua
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News