Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Senada, pemberian BHR dinilai Azis juga tidak akan mengganggu aksi buyback dari GOTO. “Ini mengingat GOTO memiliki ekuitas yang masih besar,” paparnya.
Di tahun 2025, kinerja GOTO masih bisa potensi bertumbuh positif, terutama jika perseroan menerapkan strategi sinergi antar unit bisnis. “Efisiensi itu bisa mendorong pertumbuhan pendapatan dan laba GOTO,” katanya.
Alhasil, Azis pun merekomendasikan hold untuk GOTO dengan target harga Rp 89 per saham.
Baca Juga: GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) Fokus Garap AI, Begini Rekomendasi Sahamnya
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta melihat, kinerja saham GOTO tengah ada dalam fase uptrend lantaran ada aksi buyback yang tengah berlangsung. Langkah buyback itu mampu membuat saham GOTO kembali likuid.
Di tengah langkah itu, tentu saja pembagian BHR untuk mitra driver akan membuat arus kas GOTO menjadi berat. Selain itu, biaya operasional juga bisa meningkat.
Namun, GOTO bisa mengantisipasi dampak buruk pembagian BHR ke kinerja. Caranya, memaksimalkan tingkat produktivitas para mitra driver tersebut untuk memenuhi target harian.
“Hal itu bisa meningkatkan kinerja Gross Merchandise Value (GMV) dan Gross Transaction Value (GTV) ke depan, sehingga bisa membantu membidik pertumbuhan pendapatan,” paparnya.
Nafan merekomendasikan accumulative buy untuk GOTO dengan target harga Rp 100 per saham.
Selanjutnya: Resmi Jadi Bank Emas, BSI Siapkan 50 Unit ATM Emas di Indonesia
Menarik Dibaca: Tips Memasak Ayam untuk Menu Buka Puasa Penderita Asam Urat! Begini Caranya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News