kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Simak Rekomendasi Saham Emiten Unggas dari Analis Berikut


Minggu, 18 Mei 2025 / 13:51 WIB
Simak Rekomendasi Saham Emiten Unggas dari Analis Berikut
ILUSTRASI. Kinerja emiten di sektor unggas sempat tertahan tren penurunan harga daging ayam sejak awal tahun. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja emiten di sektor unggas sempat tertahan tren penurunan harga daging ayam sejak awal tahun. Kendati begitu, potensi peningkatan harga, ditambah biaya pakan yang cenderung stabil, berpotensi mendorong kinerja emiten unggas sepanjang 2025.

Akibat kelebihan pasokan yang terjadi di pasar, harga ayam broiler sempat turun 10,8% secara tahunan (yoy) dan 4,7% secara kuartalan (qoq) menjadi rata-rata Rp 19.220 per ekor pada kuartal I 2025.

Selain itu, pada bulan April harga ayam hidup juga turun 17,7% secara bulanan (mom) ke rata-rata Rp 15.366 per kilogram.

Baca Juga: Perayaan Hari Besar Jadi Katalis Positif bagi Emiten Unggas, Cek Rekomendasi Sahamnya

Namun, kondisi kelebihan pasokan ini ditangani dengan mandat pemusnahan sukarela atau voluntary culling yang dampaknya langsung tercermin dari peningkatan harga ayam hidup ke rata-rata Rp 17.400 per kilogram pada pekan-pekan awal Mei. 

Menurut Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano dan Wilastita Muthia Sofi, hal itu bakal memberi dampak positif berkelanjutan.

“Mengingat bahwa harga ayam hidup telah melewati titik terendahnya, ada potensi kenaikan harga ayam hidup dari pasokan yang lebih sedikit dan penyerapan ayam yang lebih tinggi di semester II 2025,” sebut Victor dan Wilastita dalam riset 16 Mei 2025.

Di samping itu, Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis juga menyoroti potensi penyerapan laba yang lebih besar oleh emiten-emiten unggas. 

“Harga jagung yang stabil juga masih berpotensi untuk menumbuhkan bottom line karena cost masih terjaga,” jelas Abdul kepada Kontan, Jumat (16/5). 

Memang, setelah musim panen, harga jagung lokal sedikit naik menjadi Rp 5.200 per kilogram. Kendati begitu, sejak pertengahan April hingga pertengahan Mei saat ini, rata-rata mingguan harganya cenderung stabil di level Rp 5.100 per kilogram. 

Dus, harga soybean meal (tepung bungkil kedelai) per Mei 2025 ini juga masih tergolong murah, dengan harga rata-rata US$ 228 per ton. Secara bulanan, harganya turun 1%. Sementara secara tahunan, harganya turun hingga 22%.
Baca Juga: Program MBG Tak Banyak Mendorong Kinerja Emiten Unggas, Cek Rekomendasi Analis

Kendati begitu, emiten unggas juga masih menghadapi sejumlah tantangan. Di antaranya soal risiko pelemahan daya beli masyarakat. 

Di luar itu, Victor dan Wilastita juga menyoroti program strategis pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tadinya diyakini mampu mendorong kinerja emiten unggas. 

Proyeksi keduanya, program MBG hanya mampu menyerap sebesar 3,4% dari estimasi 3,6 juta ton permintaan daging ayam di sektor unggas hingga akhir tahun nanti. Padahal, tadinya Victor dan Wilastita memprediksi program ini mampu menyerap hingga 5,8% permintaan daging ayam sepanjang tahun 2025.

“Intervensi pemerintah menjadi salah satu risiko emiten unggas,” jelas Victor dan Wilastita.

Baca Juga: Adu Kuat Emiten Unggas JPFA & CPIN di Tahun 2025, Mana yang Lebih Prospektif?

Kendati begitu, secara keseluruhan Victor dan Wilastita mempertahankan rating overweight untuk sektor unggas. Dengan kata lain, keduanya optimistis kinerja sektor ini akan lebih baik hingga akhir tahun nanti.

Secara spesifik, Victor dan Wilastita merekomendasikan saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) karena valuasinya yang dinilai murah, prospek pendapatan yang lebih baik, serta posisi saham yang underweight. Hingga akhir tahun, keduanya menargetkan harga saham CPIN di level Rp 6.800 per saham.

Sementara Abdul merekomendasikan saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dengan rating buy dan target harga Rp 2.420 per saham hingga akhir tahun. 

Selanjutnya: Asing Net Buy Rp 1,38 Triliun dalam Sepekan, Saham-Saham Ini Banyak Diborong

Menarik Dibaca: 17 Inspirasi Desain Jendela Dapur Minimalis Fungsional di Tahun 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×