Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas seolah tak ingin berhenti bergerak menanjak di tengah ketidakpastian global. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh emiten-emiten produsen emas untuk meningkatkan kinerjanya sepanjang 2024.
Mengutip situs Trading Economics, harga emas dunia berada di level US$ 3.034,58 per ons troi pada Kamis (20/3) pukul 19.00 WIB, atau turun 0,50% dibandingkan hari sebelumnya.
Namun demikian, beberapa jam sebelumnya harga emas sempat memecahkan rekor dengan menempati level US$ 3.057 per ons troi. Dalam setahun terakhir harga emas dunia telah melesat 39,01% year on year (yoy).
Kenaikan harga emas dipicu oleh peningkatan ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh The Fed sebanyak dua kali pada tahun ini. Di samping itu, harga emas juga banyak dipengaruhi oleh situasi global yang tidak menentu, seperti ketegangan yang kembali terjadi antara Israel-Palestina setelah gencatan senjata.
Tak hanya itu, kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikhawatirkan memicu sentimen perang dagang dan perlambatan ekonomi global, sehingga para investor banyak yang beralih ke aset safe haven seperti emas.
Salah satu emiten produsen emas, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), percaya diri dapat kembali mencatatkan kinerja positif di tengah kenaikan harga emas dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, penjualan emas oleh ANTM terus menanjak.
Baca Juga: Andalkan Penjualan Emas, Hartadinata Abadi (HRTA) Bidik Pendapatan Tumbuh 60%
Pada 2023 lalu, ANTM mampu menjual emas sebanyak 27 ton, sedangkan pada 2024 perusahaan ini menjual 43,7 ton emas.
“Kami pasti akan tingkatkan lagi penjualan emas pada tahun ini,” kata Direktur Utama Aneka Tambang Nico Kanter saat konferensi pers, Selasa (18/3) lalu.
CEO Edvisor Profina Visindo Praska Putrantyo turut menyampaikan, di atas kertas kenaikan harga emas dapat menjadi sentimen positif bagi emiten-emiten produsen emas untuk meningkatkan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) produknya. Pada akhirnya, kinerja keuangan emiten-emiten di sektor ini akan menguat, terutama dari sisi profitabilitas.
“Momentum kenaikan harga emas ini terasa untuk emiten produsen emas karena dapat meningkatkan pendapatan, laba dan margin,” ujar dia, Kamis (20/3).
Dia menambahkan, efek kenaikan harga emas paling terasa oleh emiten-emiten yang fokus pada pertambangan emas di sektor hulu, ketimbang penjualan komoditas tersebut di sektor hilir.
Hal ini dicontohkan oleh capaian pertumbuhan ASP dari sejumlah emiten seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), Aneka Tambang dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang rata-rata di atas 19,63% per kuartal III-2024.
Capaian mereka lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ASP dari PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) yakni 17,73% per kuartal III-2024. HRTA sendiri fokus pada sektor antara dan hilir dalam rantai pasok bisnis emas.
“Produksi dari ketiga emiten itu (MDKA, ANTM, BRMS) juga mixed, hanya BRMS yang mencatat kenaikan produksi secara year on year (yoy) pada laporan kuartal III-2024,” imbuh dia.
“Yang naik hanya harga emasnya, sehingga belum tentu langsung efektif berdampak ke kinerja emitennya,” kata dia, Kamis (20/3).
Untuk sektor ini, William merekomendasikan beli saham PT J Resources Minerals Tbk (PSAB) dengan target harga di rentang Rp 324 — Rp 400 per saham. Rekomendasi beli juga disematkan untuk ANTM dengan target harga Rp 1.800 per saham.
Sementara itu, Praska merekomendasikan trading buy BRMS dengan target harga Rp 400 per saham. Dia juga merekomendasikan buy on weakness saham MDKA di level Rp 1.375 per saham dan target harga di level Rp 1.530 per saham.
Adapun saham ANTM juga direkomendasikan buy on weakness di level Rp 1.500 per saham dengan target harga di level Rp 1.700 per saham.
Selanjutnya: BSBK Catat Kenaikan Laba 782,83% ke Rp 349,58 Miliar di Tahun 2024
Menarik Dibaca: Katalog Promo JSM Alfamart Periode 21-23 Maret 2025, Harga Spesial Jelang Lebaran!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News