Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) membukukan pertumbuhan kinerja 2024.
Mayoritas dari emiten CPO mampu mencetak laba di tengah produksi yang kurang begitu baik sepanjang tahun lalu.
Tengok saja, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengantongi pendapatan bersih sebesar Rp 21,81 triliun sepanjang tahun lalu, naik 5,15% secara tahunan dari Rp 20,74 triliun di tahun 2023. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan alias laba bersih perseroan tercatat Rp 1,14 triliun tahun lalu, naik 8,67% yoy.
PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatatkan kinerja keuangan yang positif di tahun 2024. Pendapatan perseroan tercatat naik 16,16% dari Rp 8,33 triliun menjadi Rp 9,67 triliun dibanding tahun sebelumnya. laba bersih TAPG tercatat sebesar Rp 3,12 triliun di tahun 2024, naik 94,02% yoy dari sebelumnya Rp 1,61 triliun.
PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun pada tahun 2024, meningkat sebesar 35,6% yoy. Peningkatan laba ini didorong oleh pertumbuhan penjualan DSNG sebesar 6,5% yoy menjadi Rp 10,1 triliun.
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) mencatatkan laba bersih tercatat Rp 803,34 miliar per Desember 2024. Raihan tersebut naik 75,56% yoy dari Rp 457,59 miliar per Desember 2023. Peningkatan laba bersih itu diawali dengan kenaikan tipis pada pos pendapatan dari kontrak dengan pelanggan. LSIP membukukan pendapatan Rp 2,924 triliun di tahun 2024, naik tipis 0,05% yoy dari Rp 2,922 triliun di tahun sebelumnya.
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) membukukan laba bersih sebesar US$ 9,2 juta pada tahun 2024, meningkat signifikan 106,7%, dari US$ 4,4 juta pada tahun 2023. Sehingga, rasio marjin laba bersih (net profit margin atau NPM) meningkat sebesar 107,3%, dari 1,87% di tahun 2023 menjadi 3,87% pada tahun 2024.
Baca Juga: Emiten CPO Grup Salim Toreh Laba Tinggi di 2024, Simak Rekomendasi Sahamnya
Nopri Pitoy, Direktur Keuangan ANJT, menjelaskan bahwa peningkatan kinerja keuangan ini didorong harga jual CPO yang lebih tinggi dan penurunan harga pupuk untuk tanaman menghasilkan.
“Selain itu, ANJ juga mencatatkan efisiensi yang cukup signifikan dari segmen sagu, yang mampu menurunkan biaya pengolahan dari US$ 3,1 juta di tahun 2023 menjadi US$ 2,1 juta pada tahun 2024,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (14/3).
Pada tahun 2024, harga Jual Rata-Rata (ASP) CPO meningkat sebesar 12,3%, dari US$ 731 per ton di tahun 2023 menjadi US$ 822 per ton. "Peningkatan laba bersih dan EBITDA yang signifikan mencerminkan keberhasilan strategi kami dalam mengoptimalkan operasional dan memanfaatkan peluang pasar," kata Nopri.
Produksi stagnan
Di sisi lain, tren produksi CPO berpotensi tumbuh secara terbatas pada 2025. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksikan produksi CPO cenderung stagnan tahun ini karena banyak tanaman sawit yang sudah sudah tua.
Berdasarkan catatan KONTAN, produksi CPO dan Palm Kernel Oil (PKO) di Indonesia sepanjang 2024 tercatat sebesar 52,76 juta ton, atau lebih rendah 3,80% year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan produksi ini berdampak pada stok minyak sawit yang semakin menipis. Hingga akhir 2024, stok CPO dan PKO di dalam negeri tercatat 2,58 juta ton, turun 18,06% dibandingkan akhir 2023.
Baca Juga: Simak Prospek Kinerja Emiten CPO Jelang Ramadan dan Lebaran 2025
PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) tak memungkiri kemungkinan tersebut. Untuk meningkatkan produktivitas perseroan, SGRO mengantisipasi profil tanaman yang sudah berumur adalah dengan melakukan kegiatan replanting.
Rata-rata profil tanaman kebun inti SGRO pada saat ini adalah sekitar 15 tahun. Proporsi tanaman yang muda dan prima di umur 4 – 19 tahun sekitar 70%.
“Kami juga terus meningkatkan produktivitas produksi CPO di tahun 2025 dengan menerapkan Best Agronomy Practices,” kata Head of Investor Relation Sampoerna Agro Stefanus Darmagiri, kepada Kontan, Kamis (13/3).
Pada tahun 2025, SGRO mengharapkan adanya perbaikan produksi tandan buah segar (TBS) dari kebun inti sekitar 5% secara tahunan alias year on year (yoy). Ini didorong dengan berkurangnya dampak El-Nino yang terjadi pada semester kedua tahun 2023.
Di sisi lain, SGRO menargetkan kegiatan replanting sekitar 7.000 sampai dengan 10.000 hektar (ha) pada kebun di area Sumatera dan Kalimantan.
Per kuartal III 2024, SGRO telah melakukan kegiatan replanting sekitar 5.000 ha untuk kebun inti dan plasma. Replanting ini didukung oleh penggunaan varietas benih unggul kelapa sawit dengan merek “DxP Sriwijaya”.
“Kami berharap produksi dan produktivitas dari kebun-kebun replanting perseroan akan lebih baik ke depannya,” tuturnya.
Tahun lalu ditopang harga
Analis Mirae Asset Sekuritas, Rizkia Darmawan memandang, kinerja emiten sawit di 2024 cukup solid lantaran didukung oleh harga CPO yang mencapai MYR 5.214 per ton pada puncaknya. Harga CPO pun kemudian stabil di kisaran MYR 4.500 – MYR 5.000 per ton pada tahun lalu.
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), TAPG, dan DSNG mencatat kinerja kuat pada tahun lalu berkat produksi TBS dan CPO yang lebih baik dibandingkan kompetitor.
“SSMS juga unggul dengan ekspansi hilirisasi ke produk turunan CPO,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (14/3).
Darma melihat, prospek kinerja emiten CPO di tahun 2025 tetap positif didukung harga CPO diperkirakan masih di atas MYR 4.500 per ton.
Tingginya harga CPO di tahun ini didorong oleh sejumlah faktor. Yaitu, implementasi B40 yang meningkatkan serapan domestik, kendala produksi di Malaysia akibat cuaca dan kekurangan tenaga kerja, serta harga minyak nabati lain yang tinggi, terutama kedelai, sehingga mendukung daya tarik CPO sebagai alternatif.
“Namun, tantangan tetap ada, terutama dari stagnasi produksi akibat dominasi lahan tua serta potensi penurunan ekspor karena prioritas pasokan ke dalam negeri,” paparnya.
Selain itu, sebagian besar saham emiten CPO juga masih memiliki potensi kenaikan, terutama bagi emiten dengan efisiensi tinggi dan ekspansi hilirisasi.
“SSMS, TAPG, dan DSNG tetap menjadi pilihan utama, karena pertumbuhan produksi yang solid serta strategi hilirisasi yang lebih matang,” ungkapnya.
Baca Juga: Harga CPO Masih Tinggi, Begini Prospek Kinerja Emiten Sawit di Tahun 2025
Prospek 2025
Direktur Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe melihat, kinerja bagus emiten CPO didorong oleh tingginya harga CPO global, sehingga mampu mengerek penjualan. Dari sisi laba, peningkatannya didukung oleh menurunnya biaya produksi yang berasal dari penurunan harga pupuk.
“Untuk pelemahan produksi, hal itu disebabkan oleh masih berlanjutnya replanting yang dilakukan oleh para emiten CPO,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (14/3).
Prospek di tahun 2025 masih cerah untuk emiten CPO karena harga sawit global masih ada di level tinggi.
Jika dilihat dari angka produksi, TAPG dan DSNG kemungkinan akan jadi jawara di tahun ini lantaran umur tanaman yang masih muda. Sedangkan, AALI dan LSIP masih gencar melakukan replanting, sehingga produksi kemungkinan bisa tersendat.
Jika dilihat dari cadangan kas, AALI, LSIP, dan TAPG justru memimpin karena masih punya cadangan yang lumayan besar. Hal ini menarik lantaran berkaitan dengan besaran dividen yang akan diterima para pemegang saham.
“Sentimen positif juga berasal dari B40 yang bisa mengerek permintaan dari domestik,”paparnya.
Rekomendasi saham
Kiswoyo pun merekomendasikan beli untuk AALI, LSIP, TAPG, dan DSNG dengan target harga masing-masing Rp 6.500 per saham, Rp 1.800 per saham, Rp 1.000 per saham, dan Rp 1.000 per saham.
Baca Juga: Harga CPO Naik, Nusantara Sawit (NSSS) Proyeksikan Pertumbuhan Kinerja
Analis Ciptadana Sekuritas, Yasmin Soulisa melihat, stok CPO Malaysia turun 25,4% yoy menjadi 1,71 juta ton pada Desember 2024. Ini mendukung kenaikan harga CPO global sebesar 10,4% YoY menjadi rata-rata MYR 4.230 per ton pada tahun 2024.
Hal itu mendorong kenaikan harga jual rerata alias average selling price (ASP) para emiten CPO.
Tren tingginya harga CPO kemungkinan akan berlanjut di tahun 2025, dengan rata-rata ada di MYR 4.500 per ton yang mencerminkan kenaikan sebesar 6,4% yoy.
Harga CPO di tahun ini ditopang beberapa sentimen, seperti persediaan CPO Malaysia yang masih turun 21,8% yoy menjadi 1,58 juta ton pada Januari 2025. Ini jadi level terendah sejak April 2023 yang sebesar 1,50 juta ton saat itu.
“Selain itu, dampak curah hujan tinggi selama Januari-Februari dapat mengganggu penyerbukan kelapa sawit dan semakin membatasi produksi dalam waktu dekat,” tuturnya dalam riset Ciptadana Sekuritas Asia tanggal 7 Maret 2025.
Yasmin pun merekomendasikan beli untuk TAPG dan DSNG dengan target harga masing-masing Rp 1.170 per saham dan Rp 960 per saham.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham SGRO ada di level support Rp 2.100 per saham dan resistance Rp 2.160 per saham. Rekomendasi wait and see disematkan untuk SGRO.
Pergerakan saham ANJT dilihat ada di level support Rp 1.245 per saham dan resistance Rp 1.405 per saham. Herditya pun merekomendasikan trading buy untuk ANJT dengan target harga Rp 1.430 - Rp 1.545 per saham.
Selanjutnya: Link Live Streaming Man City vs Brighton di Liga Inggris Sabtu Pukul 22.00 WIB
Menarik Dibaca: Gandeng Rizky Ridho, Casio Indonesia Kampanyekan Limitless Lewat Rangkaian GShock
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News