Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten konstruksi plat merah sedang ambruk, kompak berada di zona merah pada awal tahun ini. Kondisi fundamental emiten BUMN Karya pun masih menjadi sorotan.
Perdagangan efek PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) bahkan disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Otoritas bursa saham tersebut menggembok saham WSKT sejak 16 Februari 2023, akibat penundaan pembayaran bunga ke-15 obligasi berkelanjutan III Tahap IV Tahun 2019 Seri B.
Dari sisi pergerakan saham, WSKT masih pada posisi melemah 3,33% sejak awal tahun 2023 atau year to date (YTD). Saham BUMN Karya lainnya juga punya nasib serupa. Pergerakan saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) merosot 7,44% secara YTD.
Saham PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) pun ambles lebih dalam. Masing-masing anjlok 10,49% dan terjun 21,25% secara YTD.
Baca Juga: Mencuil Cuan Dari Saham Lapis Kedua di Indeks IDX SMC Liquid
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian melihat sejumlah faktor pemberat bagi sektor konstruksi, termasuk yang menimpa BUMN Karya. Secara operasional, emiten akan dibebani oleh lonjakan harga bahan baku, terutama dari impor.
Kondisi yang sudah terjadi sejak tahun lalu itu akan mendongkrak beban pendapatan. Beban lain yang mesti diwaspadai adalah efek lonjakan suku bunga, apalagi dengan posisi utang yang jumbo pada BUMN Karya.
Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono menyoroti, meski mengantongi kontrak baru dengan nilai besar, tetapi hal itu tidak bisa secara instan menyehatkan kinerja keuangan BUMN Karya. Apalagi, tidak semua proyek-proyek akbar pemerintah sudah memiliki pendanaan.
Dus, penting untuk cermat melihat siklus pembangunan dan pembayaran yang berdampak riil terhadap emiten. "Harus lihat cycle-nya. Perusahaan konstruksi juga masih memiliki debt/equity yang tinggi," kata Agus kepada Kontan.co.id, Kamis (23/2).
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan melihat posisi utang dan struktur permodalan sebagai tantangan utama BUMN Karya, bahkan bagi mayoritas emiten konstruksi. Sehingga emiten pun akan fokus pada restrukturisasi utang dan divestasi aset.
Di tengah aral melintang, proyek Ibu Kota Negara (IKN) bakal menjadi angin segar bagi BUMN Karya. Sehingga ada peluang untuk mengakselerasi kinerja pada semester kedua 2023. "Terutama setelah upaya restrukturisasi dan divestasi aset sukses terlaksana," terang Valdy.
Fajar sepakat, IKN akan jadi katalis positif yang memoles prospek BUMN Karya. Hanya saja, dampaknya terhadap kinerja keuangan tidak akan instan. "Namun (proyek IKN) akan berdampak secara jangka panjang," ujar Fajar.
Selain proyek IKN, tren kenaikan suku bunga diproyeksikan sudah mencapai puncak, bahkan berpotensi turun pada akhir tahun 2023. Hal ini bakal menjadi katalis positif bagi sektor konstruksi, termasuk BUMN karya.
Menurut Fajar, pelaku pasar masih bisa mencermati saham WIKA dan ADHI. Keduanya bisa dipertimbangkan untuk buy on weakness. Target harga WIKA ada di area Rp 900 - Rp 965 per saham, sedangkan target ADHI ada di Rp 730 - Rp 800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News