kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Rekomendasi Analis untuk Saham-Saham Bank Kecil Berikut Ini


Senin, 27 Desember 2021 / 06:10 WIB
Simak Rekomendasi Analis untuk Saham-Saham Bank Kecil Berikut Ini


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten perbankan gencar mencari pendanaan baru guna memperkuat permodalan pada tahun depan. Sejumlah emiten bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tercatat menggelar penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Salah satunya ada PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) yang berencana menggelar rights issue tahun depan untuk memenuhi ketentuan modal minimum dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pasalnya, OJK mewajibkan bank harus penuhi ketentuan modal minimum Rp 3 triliun di 2022.

Untuk penambahan modal menjadi Rp 3 triliun, BINA kembali menggelar rights issue dengan target dana Rp 1 triliun. Sehingga modal BINA sampai akhir tahun 2022 akan menjadi Rp 3,3 triliun. Sebelumnya, bank milik Salim Group ini berhasil menggelar rights issue dengan target dana Rp 1,18 triliun.

Baca Juga: Menanti Rights Issue dan Digitalisasi BSI

PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) juga akan menggelar rights issue tahun depan dan menargetkan tambahan modal Rp 2 triliun dari pemegang saham pengendali yakni Bank of India. Hingga September 2021, modal inti bank ini baru mencapai Rp 1,04 triliun.

Untuk memenuhi modal inti, bank milik India terbantu dengan adanya relaksasi dari OJK. Dengan begitu, pemenuhan modal inti bisa dilakukan secara dua tahap yakni Rp 1 triliun di akhir 2021 dan Rp 1 triliun di 2022.

Selain itu, PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) juga berencana menerbitkan saham baru untuk memenuhi ketentuan modal inti Rp 2 triliun. Jumlah saham yang akan diterbitkan maksimal sebanyak 5,58 miliar saham atau setara sebesar 50% dari modal yang disetor setelah rights issue ini dengan nominal saham yang akan diterbitkan Rp 100 per saham.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, faktor kekurangan dana akan syarat untuk menjadi bank digital menjadi salah satu alasan emiten perbankan ramai-ramai untuk memperoleh dana segar, tak terkecuali dengan rights issue.

Sukarno memproyeksi, tahun depan tak menutup kemungkinan emiten yang belum memenuhi syarat modal inti dari Otoritas Jasa Keuangan bakal berlanjut untuk melakukan aksi korporasi.

“Kalau dari segi potensi kenaikan kinerja (emiten perbankan) ke depan digadang-gadang bisa meningkat. Tapi di luar itu, saya yakin ada kelemahannya dari kemudahan akses yang didapat saat proses pembukaan akun atau yang lainnya,” papar Sukarno, Minggu (26/12).

Ke depan, ia menilai sentimen positif untuk saham-saham bank kecil yang merambah ke bank digital ini salah satunya potensi valuasi yang menjadi lebih menarik karena syarat minimal modal intinya.

Baca Juga: Gelar RUPSLB Bulan Depan, Sinergi Inti Plastindo (ESIP) Minta Restu Rights Issue

“Sentimen negatifnya kenaikan harga sudah overreaction ini membuat harga wajarnya bisa menjadi sangat mahal. Sedangkan kita belum tahu ke depannya bank digital ini bisa menguntungkan, karena saat ini pasar hanya bisa berasumsi saja,” tambah Sukarno.

Yang jelas ia memandang prospek saham-saham bank kecil yang sudah naik tinggi ini cukup riskan terjadi penurunan signifikan, lantaran adanya aksi profit taking. Ia mengingatkan agar pelaku pasar tetap berhati-hati dalam memburu saham-saham bank digital, seiring kemungkinan turunnya euforia pasar.

Dari saham-saham emiten bank kecil tersebut, Sukarno menilai saham BBTG cukup menarik untuk dicermati karena valuasinya cukup rendah jika dibandingkan dengan yang lainnya. Saat ini saham BBTG diperdagangkan dengan PBV di 2,82 kali. Pada penutupan perdagangan Jumat (24/12) saham BBTG naik 2,86% ke harga Rp 288 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×