Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten pertambangan batubara telah merilis kinerja keuangan untuk kuartal III 2019. PT Indika Energy Tbk (INDY, anggota indeks Kompas100) misalnya, mengalami kerugian sebesar US$ 8,6 juta. Padahal, pada kuartal III 2018, INDY masih menikmati laba bersih senilai US$ 112,20 juta.
Ada pula PT PT Bukit Asam Tbk (PTBA, anggota indeks Kompas100) yang pada kuartal III 2019 labanya anjlok 21,08% menjadi Rp 3,10 triliun. Meski demikian, pendapatan emiten pelat merah ini naik 1,36% menjadi Rp 16,25 triliun.
Baca Juga: Tertekan penurunan harga, kinerja emiten batubara melorot di kuartal III 2019
Kompak, penurunan kinerja emiten tambang batubara ini seiring dengan turunnya harga batubara global.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mengatakan, saat ini emiten batubara masih sensitif terhadap harga batubara global. Dessy mengatakan, tren harga batubara dunia masih akan melemah dalam jangka panjang. “Faktor efisiensi menjadi pendukung kinerja para emiten batubara,” ujar Dessy kepada Kontan.co.id, Jumat (1/11).
Di sisi lain, Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan mengatakan, pelemahan harga batubara saat ini sudah mulai terbatas. “Artinya, ruang penurunan dari harga jual batubara kemungkinan akan terbatas,” ujar Alfred kepada Kontan.co.id, Jumat (1/11).
Alfred melihat, emiten-emiten batubara masih menargetkan kenaikan volume produksi hingga akhir 2019. Sehingga, pada 2020 terdapat kemungkinan kenaikan kinerja yang lebih disebabkan oleh pertumbuhan volume produksi. “Sehingga tidak begitu cukup besar untuk mendukung pertumbuhan top line-nya,” sambung Alfred.
Alfred pun merekomendasikan saham PTBA dengan target harga Rp 3.480 per saham.
Baca Juga: Sarimelati Kencana (PZZA) yakin bisnis bakal tetap kencang sampai akhir tahun
Sebab, PTBA dinilai memiliki valuasi yang masih murah. Selain itu, Alfred menilai PTBA memiliki konsistensi produksi yang cukup baik. Senada, Dessy menilai PTBA masih memiliki prospek positif seiring naiknya kontribusi high calorie coal yang memiliki harga jual lebih tinggi.
Sementara untuk PT United Tractors Tbk (UNTR, anggota indeks Kompas100), Dessy mengatakan pendorong kinerja emiten ini masih dari anak usahanya yakni PT Pamapersada Nusantara (PAMA) dan dari tambang emas Martabe.
“Namun, kontribusi Martabe juga masih kecil sehingga belum mampu mendorong pendapatan terlalu signifikan,” lanjut Dessy.
Baca Juga: Kinerja emiten batubara loyo di kuartal III 2019, pebisnis putar otak
Sementara itu, karakteristik client alat berat Komatsu yang mayoritas merupakan perusahaan pertambangan juga menjadi faktor penjegal penjualan Komatsu ke depannya.
Untuk itu, Dessy memberi rekomendasi hold untuk saham PTBA dengan target harga Rp 3.100 per saham dan UNTR dengan target harga Rp 25.400 per saham.
Pada perdagangan hari ini, saham INDY, BUMI, PTBA dan UNTR kompak terkoreksi. INDY ditutup melemah 2,33% ke level Rp 1.255 per saham, BUMI terkoreksi 2,35% ke level Rp 83 per saham.
Sementara PTBA melemah 2,67% ke kisaran Rp 2.190 per saham, dan UNTR ditutup terkoreksi 0,81% ke level Rp 21.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News