Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Noverius Laoli
Adapun sentimen yang dapat mempengaruhi pergerakan saham SCMA menurut Nafan diantaranya adalah kebijakan perusahaan serta peningkatan pelayanan kepada pelanggan agar potensi iklan lebih baik.
Dari segi pesaingnya, MNCN yang merupakan nama emiten untuk MNC Group memiliki lebih banyak anak usaha yang bergerak di layanan OTT. MNCN memiliki HOOQ , Iflix, Viu dan Catchplay di sektor layanan OTT. Jika dibandingkan dengan saham SCMA, Nafan berpendapat saham MNCN lebih cocok bagi investasi jangka panjang.
“MNCN relatif lebih aman (bagi investasi jangka panjang) karena baru aja tembus rekor baru break out. Sekarang ada di level 1335.” Tutur Nafan yang dihubungi via jaringan seluler Kamis (11/7).
Baca Juga: Simak rekomendasi teknikal saham SCMA, SMRA, dan ASII
Dari segi kinerja dua emiten ini, Nafan melihat dari segi valuasi MNCN bekerja lebih baik ketimbang SCMA, sementara dari segi kemampuan mengendalikan utang SCMA tercatat memiliki lebih sedikit hutang ketimbang MNCN, dan dari segi kinerja laba bersih Nafan menyatakan dua emiten ini masih menunjukkan pergerakan dan prospek positif.
Analis Panin Sekuiritas, William Hartanto melihat baik SCMA maupun MNCN memiliki prospek untuk memimpin sektor media. “Karena produknya sejauh ini masih yang terbaik dan brand awareness tinggi.” Jelas William.
Sependapat dengan Nafan, William juga menilai saham MNCN memiliki prospek yang lebih baik bagi investasi jangka panjang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor teknikal yang menurut William lebih menarik ketimbang SCMA. William merekomendasikan MNCN buy dengan target Rp 1.500 per saham sementara SCMA dengan target Rp 1.700 per saham.
Baca Juga: Emiten Gencar Tambah Modal Lewat Private Placement
Sementara Nafan merekomendasikan hold MNCN dilevel Rp 1.0495 dan SCMA di level Rp 1.700 per saham.