Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan teknologi yang begitu cepat memaksa industri media bergerak cepat mengikuti irama perubahan teknologi. Karena itu, perusahaan-perusahaan media semisal PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) ) tengah mencari bentuk bisnis baru.
Berdasarkan data trend Internet dan Sosial Media 2019 dari Hoootsuite yang dikeluarkan Januari 2019, jumlah pengguna Internet di Indonesia mencapai angka 150 juta pengguna. Berangkat dengan data pengguna internet ini, tidak heran jika kemudian tren media pun berubah ke arah digital.
Baca Juga: Disney Tertarik Membeli Konten Media Nusantara Citra (MNCN)
Salah satunya dengan munculnya banyak layanan OTT (Over The Top) yang digagas oleh beragam media seperti SCMA dan PTMNCN. Layanan OTT merupakan layanan konten data, informasi dan multimedia yang didistribusikan melalui jaringan internet seperti contohnya layanan streaming dari aplikasi tertentu.
Berdasarkan data Hootsuite, rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu 2 jam 52 menit untuk menonton TV dari layanan streaming, broadcast dan video. Adapun sejumlah layanan broadcasting dan streaming yang akrab dengan kita diantaranya HOOQ, Vidio.com, Iflix dan Viu yang merupakan anak usaha dari SCMA dan MNCN.
SCMA merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang penyiaran dan konten. Dalam ranah layanan OTT, SCMA memiliki anak usaha vidio.com. Menurut analis Bina Artha Sekuiritas, Muhammad Nafan Aji saham SCMA ideal untuk aktivitas trading saham karena keadaan saham yang lebih likuid dan memiliki scoop ataupun time frame yang besar.
Baca Juga: Hary Tanoe tengah negosiasi dengan Walt Disney, analis: Buy saham MNCN
Adapun sentimen yang dapat mempengaruhi pergerakan saham SCMA menurut Nafan diantaranya adalah kebijakan perusahaan serta peningkatan pelayanan kepada pelanggan agar potensi iklan lebih baik.
Dari segi pesaingnya, MNCN yang merupakan nama emiten untuk MNC Group memiliki lebih banyak anak usaha yang bergerak di layanan OTT. MNCN memiliki HOOQ , Iflix, Viu dan Catchplay di sektor layanan OTT. Jika dibandingkan dengan saham SCMA, Nafan berpendapat saham MNCN lebih cocok bagi investasi jangka panjang.
“MNCN relatif lebih aman (bagi investasi jangka panjang) karena baru aja tembus rekor baru break out. Sekarang ada di level 1335.” Tutur Nafan yang dihubungi via jaringan seluler Kamis (11/7).
Baca Juga: Simak rekomendasi teknikal saham SCMA, SMRA, dan ASII
Dari segi kinerja dua emiten ini, Nafan melihat dari segi valuasi MNCN bekerja lebih baik ketimbang SCMA, sementara dari segi kemampuan mengendalikan utang SCMA tercatat memiliki lebih sedikit hutang ketimbang MNCN, dan dari segi kinerja laba bersih Nafan menyatakan dua emiten ini masih menunjukkan pergerakan dan prospek positif.
Analis Panin Sekuiritas, William Hartanto melihat baik SCMA maupun MNCN memiliki prospek untuk memimpin sektor media. “Karena produknya sejauh ini masih yang terbaik dan brand awareness tinggi.” Jelas William.
Sependapat dengan Nafan, William juga menilai saham MNCN memiliki prospek yang lebih baik bagi investasi jangka panjang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor teknikal yang menurut William lebih menarik ketimbang SCMA. William merekomendasikan MNCN buy dengan target Rp 1.500 per saham sementara SCMA dengan target Rp 1.700 per saham.
Baca Juga: Emiten Gencar Tambah Modal Lewat Private Placement
Sementara Nafan merekomendasikan hold MNCN dilevel Rp 1.0495 dan SCMA di level Rp 1.700 per saham.
Sementara, Direktur Utama Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, MNCN memiliki unit bisnis yang lebih banyak sehingga lebih menarik bagi investasi jangka panjang. Meski demikian Hans menilai untuk saat ini lebih baik investor yang akan masuk ke emiten media wait and see karena saat ini emiten media masih mencari model bisnis baru sehingga masih sulit diprediksi pertumbuhan ke depannya.
Baca Juga: Surya Citra Media (SCMA) targetkan pendapatan tumbuh 8% tahun ini
“Saat ini kan mereka lagi cari bisnis model yang baru jadi masih agak sulit buat lihat ke depannya gimana. Saran saya si masih wait and see sembari kita lihat kemudian model bisnis apa yang mereka tawarkan.” Tutur Hans, Kamis (11/7).
Ketika berbicara terkait skema pemasukan alternatif perusahaan selain iklan, Nafan melihat salah satu faktor yang mempengaruhi adalah stabilitas nilai rupiah. “Karena media kan perlu agak mahal dari alat-alatnya dan rata-rata import jadi nilai rupiah akan memengaruhi juga.” Ungkap Nafan.
Sementara Hans Kwee melihat, baik SCMA dan MNCA dapat memperoleh pemasukan lain di luar iklan melalui konten-konten yang lebih menarik dan layanan produksi oleh pihak ke-3.
Baca Juga: Media Nusantara Citra (MNCN) bagikan dividen Rp 15 per saham, simak jadwalnya
Jika ditarik kesimpulan, baik SCMA dan MNCN masih memiliki potensi untuk memimpin emiten dalam sektor media. Kebutuhan investasi investor dapat disesuaikan dengan keadaan emiten yang bersangkutan. Seperti yang sudah diungkapkan 3 analis di atas, MNCN cocok untuk investasi jangka panjang sementara SCMA ideal untuk trading harian.
Perlu diingat baik SCMA maupun MNCN sama-sama memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing sehingga tetap diperlukan analis mendalam sebelum memutuskan saham mana yang akan menjadi tempat berinvestasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News