Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kripto tengah terkoreksi selama beberapa hari terakhir setelah menyentuh level tertinggi pada 14 Maret pekan lalu. Melansir CoinMarketCap, harga Bitcoin turun 6,5% dalam sepekan. Tetapi, harga kripto paling populer ini sudah naik 5,17% dalam 24 jam terakhir ke US$ 66.547 pada Kamis (21/3) pukul 23.50 WIB.
Kemudian harga Ethereum (ETH) naik 7,81% dalam sehari ke US$ 3.509. Dalam sepekan, harga ETH masih turun 9,67%..
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, harga Bitcoin naik pada hari Kamis (21/3), dengan rebound sekitar 8% dan kembali mencapai Rp 1 miliar setelah sebelumnya turun di bawah angka tersebut. Penguatan harga Bitcoin antara lain disokong oleh pengumuman suku bunga acuan oleh Federal Reserve pada pertemuan FOMC Kamis dini hari tanggal 21 Maret 2024 atau Rabu malam waktu setempat.
Fyqieh melihat, keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap pada level 5,25% akan memberikan dampak positif bagi Bitcoin dan aset kripto lainnya. "Proyeksi penurunan suku bunga pada tahun ini, menandakan prospek perekonomian yang hati-hati namun optimis," kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Kamis (21/3).
Baca Juga: Menakar Dampak Turunnya Suku Buka Global Terhadap Penerbitan Global Bond
Fyqieh mengatakan, dalam jangka pendek kemungkinan Bitcoin akan mengalami koreksi kembali. Tetapi dalam jangka panjang, proyeksi harga Bitcoin masih menunjukkan potensi pertumbuhan menuju rekor tertinggi baru. Harga Bitcoin diproyeksikan bisa mencapai US$ 90.000 - US$ 100.000 dalam satu sampai dua tahun ke depan.
Meski begitu, dia mengatakan bahwa pergerakan harga Bitcoin akan terus mengalami fluktuasi karena kondisi pasar yang dinamis dan sensitif terhadap berbagai faktor seperti sentimen pasar, berita fundamental, dan analisis teknikal.
"Pergerakan Bitcoin kini berada jauh di atas EMA 50 hari dan 200 hari yang menegaskan sinyal harga bullish. Penembusan BTC di atas level resistensi US$ 69.000 akan mendukung pergerakan menuju ATH US$ 73.808. Kembalinya ke ATH dapat membuat kenaikan mencapai level US$ 75.000," ungkapnya.
Lebih lanjut, Fyqieh menuturkan bahwa sentimen pendorong kenaikan Bitcoin selanjutkan adalah data aliran arus masuk dana ETF Bitcoin spot untuk 20 Maret dan 21 Maret 2024, yang menjadi perhatian investor. Sebaliknya, Fyqieh bilang, penurunan melewati level US$ 65.000 dapat membuat penjual bergerak ke level support US$ 64.000.
Baca Juga: Usai Koreksi ke Bawah US$ 65.000, Harga Bitcoin Bisa Menguat ke Level Lebih Tinggi?
"RSI 14 harian, menunjukkan harga Bitcoin akan kembali ke ATH US$ 73.808 sebelum memasuki wilayah overbought," ujarnya.
Namun, karena saat ini masih terjadi koreksi dan belum ada tanda-tanda konfirmasi apakah akan terjadi penerusan tren bullish atau bearish, Fyqieh menyarankan kepada para investor untuk bersikap wait and see.
Menurut dia, dengan peristiwa Bitcoin halving yang semakin dekat, pasar akan menjadi lebih sensitif terhadap sentimen dan analisis teknikal, sehingga penting untuk memantau perkembangan pasar dengan cermat sebelum membuat keputusan investasi.
Kendati begitu, Fyqieh menilai, dengan mempertimbangkan tingginya permintaan dan minat terhadap Bitcoin, maka spekulasi bahwa harga Bitcoin bisa mencapai US$ 100.000 atau sekitar Rp 1,5 miliar menjelang akhir tahun adalah hal yang masuk akal dan bisa dicapai.
Permintaan institusi yang terus meningkat, penggunaan Bitcoin sebagai aset lindung nilai, serta adopsi yang semakin luas dalam berbagai sektor, semuanya dapat menjadi pendorong untuk menjaga tren bullish Bitcoin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News