Reporter: Nur Qolbi | Editor: Adi Wikanto
Menurut William, secara umum, rights issue yang menarik adalah yang menawarakan harga pelaksanaan lebih murah dibanding harga pasar. Selain itu, dana hasil rights issue yang dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis juga dinilai lebih bagus dibanding yang digunakan untuk membayar utang.
Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr juga menilai, rencana rights issue BRIS dan BBRI tergolong menarik meski detail harga dan rasionya masih belum diketahui. Pasalnya, dana hasil rights issue dapat digunakan untuk menambah modal BRIS setelah merger dan menyokong BBRI untuk membentuk holding BUMN pembiayaan ultra mikro.
"Penambahan modal pada BRIS dan BBRI diharapakan dapat memberikan nilai tambah untuk pemegang saham ke depannya," kata Zamzami.
Analis Pilarmas Investondo Sekuritas Okie Ardiastama menambahakan, rights issue BRIS layak dieksekusi mengingat ruang pertumbuhan bagi perekonomian syariah yang cukup besar.
"Selain itu, tujuan jangka panjang aksi korporasi tersebut juga menjadi bagian dari fokus pemerintah dalam meningkatkan market cap BRIS," ucap Okie.
Ia memperkirakan, saham BRIS setelah rights issue juga akan menjadi semakin likuid. Meningat, saham yang beredar di masyarakat akan menjadi semakin banyak.
Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki juga menilai rights issue saham BBRI menarik untuk dieksekusi setidaknya untuk trading jangka pendek dan menengah. Dengan catatan, harga rights issue BBRI berada di bawah harga pasar.
"Investor bisa lepas saham BBRI di ex date-nya. Nanti beli kembali sahamnya jika harga pelaksanaannya di bawah harga pasar saat ini," ucap Yaki. Pasalnya, setelah ex date, harga saham biasanya akan cenderung turun mendekati harga teoteris.
Selanjutnya: Hingga kuartal I, BRI targetkan penyaluran KPR FLPP sebanyak 6.000 unit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News