Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Siantar Top Tbk (STTP) ingin mengejar pertumbuhan kinerja dengan level dua angka (double digit) pada tahun 2025. STTP menyiapkan sejumlah strategi untuk mencapai target, sembari beradaptasi di tengah tantangan ekonomi.
Berkaca dari kinerja tahun lalu, produsen makanan ringan French Fries 2000 dan Twistko ini meraup penjualan Rp 4,96 triliun. Meningkat 4,20% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan penjualan tahun 2023, yang kala itu sebesar Rp 4,76 triliun.
Pendapatan STTP tahun 2024 didapat dari penjualan produk ke pasar lokal sebanyak Rp 4,05 triliun atau tumbuh 1,50% (YoY). Sedangkan penjualan ekspor STTP melonjak 16,55% (YoY) menjadi sebesar Rp 902,14 miliar.
Sementara secara bottom line, STTP meraih laba bersih senilai Rp 1,31 triliun sepanjang tahun lalu. Meningkat 43,22% dibandingkan laba bersih STTP tahun 2023 sebesar Rp 917,69 miliar.
Armin selaku Direktur Utama Siantar Top mengungkapkan pertumbuhan kinerja STTP pada tahun lalu terdorong oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah strategi efisiensi dan peningkatan produktivitas, serta pengembangan pasar, terutama ekspor.
Baca Juga: Perluas Pangsa Pasar, Siantar Top (STTP) Bidik Ekspor ke Amerika Serikat (AS)
Sejalan dengan kenaikan nilai penjualan, kontribusi ekspor terhadap total pendapatan STTP ikut terdongkrak dari 16,23% pada 2023 menjadi 18,18% pada 2024. Tujuan utama ekspor STTP berada di kawasan Asia seperti Korea Selatan, China, Taiwan, dan Timur Tengah.
Selain itu, STTP juga telah merambah ke pasar Kanada. "Kami melihat peluang (untuk memperluas pasar), mana yang bisa masuk, kami akan masuk. Domestik kami kembangkan, ekspor mengalami pertumbuhan," kata Armin saat dihubungi Kontan.co.id beberapa hari lalu.
STTP akan melanjutkan strategi tersebut. Dengan begitu, Armin berharap performa positif penjualan dan laba bisa berlanjut pada tahun ini, dengan mencapai level pertumbuhan double digit.
Hanya saja, Armin menegaskan STTP akan realistis mempertimbangkan kondisi ekonomi dan geopolitik yang bergerak dinamis. "Target tentu punya, sehingga bisa membuat rencana dan strategi untuk mencapainya. Tapi dalam perjalanannya, kami akan review. Situasi geopolitik dan ekonomi itu memengaruhi semua," ungkap Armin.
Sebelumnya, STTP berencana untuk memperluas ekspor dengan merambah pasar Amerika Serikat (AS). Namun dengan adanya kebijakan tarif resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump, STTP akan berhati-hati dalam merealisasikan rencana tersebut.
Dus, STTP akan fokus memperkuat pasar ekspor yang sudah ada, sembari mencari peluang ekspansi ke negara-negara yang potensial. "Nanti kami lihat situasinya, juga negara-negara lain yang bisa kami jajaki. Kalau situasinya bagus, coba kerja sama dengan distributor di sana," kata Armin.
Di sisi lain, STTP juga menyiapkan strategi pengembangan produk dari lini biskuit dan wafer, mie, maupun kerupuk. Namun, STTP akan selektif memilih momentum yang tepat untuk meluncurkan produk tersebut, sambil mencermati dinamika ekonomi dan daya beli masyarakat.
"Ada beberapa (rencana pengembangan produk). Tapi kami lihat momentum. Kalau waktu peluncurannya itu situasi pasar dan ekonomi lagi nggak bagus, bisa sia-sia. Kalau bagus, kami akan lakukan," ujar Armin.
Guna menunjang strategi bisnisnya, STTP menyiapkan belanja modal (capex) sekitar Rp 200 miliar pada tahun ini. Alokasi capex antara lain untuk memperkuat operasional dan rencana penambahan kapasitas produksi.
Capex pada tahun ini merupakan kelanjutan dari tahun lalu. Sepanjang tahun 2024, realisasi capex STTP hanya di bawah 50% dari anggaran Rp 550 miliar. "Ada (program) yang akan kami lanjutkan, karena ada yang belum selesai dari tahun lalu," tandas Armin.
Selanjutnya: OJK: 1 Manajer Investasi Sudah Mengajukan Izin Mendirikan DPLK
Menarik Dibaca: Bank Mandiri Realisasikan KUR Rp 12,8 Triliun, Mayoritas ke Sektor Produktif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News