Reporter: Dede Suprayitno, Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sepanjang pekan ini, fokus pelaku pasar global, termasuk Indonesia bakal tertuju ke Washington DC, markas Federal Reserve (The Fed). Ya, bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menggelar pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) guna membahas rencana kenaikan suku bunga.
Ekspektasi pasar tampaknya semakin bulat: The Fed akan mengerek suku bunga. Mengutip Bloomberg, tingkat probabilitas kenaikan bunga The Fed pada pertemuan FOMC yang dijadwalkan 15 Maret nanti sudah 100%. Kenaikan suku bunga diprediksikan ada di kisaran 0,25%.
Sejatinya, pasar finansial Indonesia sudah siap mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed. Dan, sejumlah analis yang dihubungi KONTAN meyakini, efek negatif kenaikan Fed fund rate ke pasar domestik tetap ada. Tapi, dampaknya hanya sementara. "Pasar terkoreksi sehari, koreksi pendek saja," prediksi Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee kemarin.
Secara historis, pengaruh kenaikan suku bunga The Fed memang hanya sementara. Pada 17 Desember 2015, untuk pertama kalinya The Fed mengerek bunga 0%0,25% jadi 0,25%0,5%. Sehari pasca keputusan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,92%. Tapi setelah itu, IHSG kembali bangkit.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada berpendapat, menjelang FOMC pasar cenderung tertekan. "Pelaku pasar akan mencari instrumen yang lebih aman karena rupiah mengalami tekanan," ujar dia.
The Fed kemungkinan menaikkan suku bunga lantaran melihat pasar di AS cenderung positif. Jika suku bunga naik, asumsinya ekonomi negeri uak Sam mengalami pertumbuhan. "Bila bunga tidak naik, berarti The Fed masih melihat ekonomi AS tidak ada perkembangan," kata Reza.
Menurut Analis NH Korindo Securities Bima Setiaji, pasar saat ini sedang wait and see menjelang FOMC. Dia memproyeksikan, IHSG berada di area konsolidasi 5.345-5.433 hingga menunggu efek The Fed mereda. "Jika suku bunga The Fed tidak naik, maka ketidakpastian bakal bertambah panjang," ungkap Bima.
Seirama dengan IHSG, nilai tukar rupiah juga cenderung tertekan kalau suku bunga The Fed naik. Sejumlah analis dan ekonom memprediksikan, jika suku bunga The Fed naik, rupiah akan melemah dalam rentang antara Rp 13.400 hingga Rp 13.500 per dollar AS.
Namun, fundamental rupiah dinilai masih kokoh. Salah satu penyokong kekuatan rupiah adalah cadangan devisa sebesar US$ 119,9 miliar. "BI masih punya amunisi untuk intervensi rupiah," ujar Lana Soelistianingsih, Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen, yang memprediksi pelemahan rupiah hanya sepekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News