kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.360.000   29.000   1,24%
  • USD/IDR 16.616   9,00   0,05%
  • IDX 8.067   -160,68   -1,95%
  • KOMPAS100 1.104   -18,58   -1,66%
  • LQ45 772   -16,13   -2,05%
  • ISSI 289   -5,28   -1,79%
  • IDX30 403   -8,81   -2,14%
  • IDXHIDIV20 455   -7,63   -1,65%
  • IDX80 122   -2,25   -1,82%
  • IDXV30 131   -1,45   -1,10%
  • IDXQ30 127   -1,92   -1,49%

Valuasi Saham Bank Ada di Titik Nadir, Ini Rekomendasi Indo Premier Sekuritas


Selasa, 14 Oktober 2025 / 15:12 WIB
Valuasi Saham Bank Ada di Titik Nadir, Ini Rekomendasi Indo Premier Sekuritas
ILUSTRASI. IHSG Masuk Zona Merah-Investor memantau pergerakan harga saham melalui gawainya di Jakarta, Selasa (9/9/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa (09/09/2025). Setelah serah terima jabatan menteri keuangan, pasar saham bereaksi negatif. IHSG melemah 138.2 basis poin atau minus 1.78% ke posisi 7,628.60. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/09/09/2025


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Valuasi saham bank-bank besar di Indonesia saat ini dinilai sudah mendekati titik terendahnya jika dibandingkan dengan siklus penurunan saham sebelumnya. Menurut Jovent Muliadi dan Axel Azriel analis Indo Premier Sekuritas dalam riset 8 Oktober 2025, valuasi saham bank besar kecuali Bank Central Asia (BBCA) sudah mencapai level terendah seiring dengan tren pelemahan harga saham sektor perbankan nasional.

Saham bank pelat merah besar seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI) menunjukkan valuasi saat ini yang sebanding dengan saat terjadi tekanan pasar pada tahun 2015–2016. Dia mencontohkan, valuasi price to book value (PBV) saat ini untuk ketiganya adalah BBRI di 1,8x sama seperti 2015, BMRI 1,2x mendekati 1,3x di 2016. Sementara BBNI adai di 0,8x sama seperti 0,9x di 2016. 

Namun, saham BBCA masih diperdagangkan pada valuasi lebih tinggi, yakni P/BV 3,4x, lebih mahal dibandingkan titik terendah sebelumnya di 2007, 2012, dan 2015 yang hanya berkisar antara 2,7x hingga 3,0x. "Dari sisi P/E (price to earnings), valuasi bank-bank besar juga telah mendekati atau berada di bawah rata-rata saat krisis sebelumnya, memperkuat pandangan bahwa ruang penurunan valuasi semakin terbatas," kata analis Indo Premier Sekuritas. 

Baca Juga: Likuiditas Membaik, Saham Bank Ini yang Direkomendasikan Beli Maybank Sekuritas

Sepanjang tahun 2025 hingga saat ini, investor asing telah menjual saham bank Indonesia senilai Rp 48,7 triliun, atau sekitar 1,8% dari kapitalisasi pasar per Desember 2024. "Ini bahkan lebih tinggi dibandingkan arus keluar asing tahun lalu sebesar Rp 38,1 triliun (1,3%)," ujar Jovent dalam riset 8 Oktober 2025. 

Menurut analisa Jovent, alasan utama pelepasan saham antara lain, penurunan proyeksi laba. Berdasarkan konsensus analis, estimasi laba bank besar sebesar 4%–6% di sepanjang tahun ini. Ini menjadikan proyeksi penurunan laba tahunan sekitar 2%–3% di 2025.

Faktor lain adalah ketidakpastian kebijakan pemerintah, seperti program koperasi desa dan subsidi kredit rumah (KUR). Tak hanya itu, di paruh pertama tahun ini, kondisi likuiditas perbankan cukup ketat.

Karena itu, Jovent memberi sinyal ada perubahan rating karena banyaknya tekanan terhadap valuasi multipel. Dia menyebut, secara keseluruhan, saham bank besar sudah turun 19,2% sejak awal tahun, dan 12,8% dalam tiga tahun terakhir salah satu penurunan tajam sejak pandemi. 

"Valuasi saat ini juga mencerminkan tekanan yang besar, P/B rata-rata sektor di 1,8x dibanding rerata 10 tahun di 2,2x," papar dia dalam riset.  Sementara P/E rata-rata sektor ada di level 10x dari rerata 10 tahun di 14,6x. 

Kondisi ini membuat banyak investor mempertanyakan apakah valuasi historis masih relevan, mengingat pergeseran model bisnis beberapa bank, seperti BBRI yang mengalihkan fokus dari kredit mikro ke segmen konsumer dengan margin lebih rendah.

Meski begitu, rekomendasi Indo Premier Sekuritas masih tetap Overweight dengan BBNI dan BBTN menjadi pilihan saham. "Meski minim katalis positif saat ini, analis tetap mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor perbankan, dengan keyakinan bahwa penurunan valuasi sudah terbatas," tutur dia dalam riset. 

Baca Juga: Harga Sudah Rendah, Saatnya Saham Bank Ditadah

Beberapa hal yang mendasari pandangan ini antara lain. Biaya dana alias Cost of Fund (CoF) yang diprediksi menurun di paruh kedua 2025 sehingga akan membantu memperbaiki margin keuntungan.

Selain itu, revisi laba kuartal III-2025 diperkirakan tidak signifikan, artinya potensi penurunan lebih lanjut cukup terbatas.

Adapun dua saham yang menjadi pilihan utama Indo Premier Sekuritas adalah BBNI (Bank Negara Indonesia) dan BBTN (Bank Tabungan Negara). Ini karena keduanya dinilai akan paling diuntungkan dari penurunan biaya pendanaan.

Namun, risiko utama yang perlu diwaspadai ke depan adalah memburuknya kualitas aset (kredit bermasalah) yang bisa menggerus laba bank lebih lanjut.

Saham BBNI diberi target saham Rp 4.800 per saham dan BBTN dipasang target di Rp 1.450. 

Selanjutnya: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.603 Per Dolar AS Hari Ini (14/10)

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Snack Fair Periode 1-15 Oktober 2025, Beli 1 Gratis 1 Lay’s-Cheetos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×