Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks dolar Amerika Serikat (AS) alias DXY tercatat turun 0,24% ke level 106,39 pada perdagangan Senin (16/10). Meskipun begitu, dolar AS tetap mendekati level tertinggi sepuluh bulan terakhir yang baru dicapai belum lama ini.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, pelaku pasar kembali memburu safe haven, salah satunya dolar AS, seiring dengan memanasnya tensi politik di Timur Tengah. Sentimen lainnya juga berasal dari ekspektasi kenaikan suku bunga AS karena data terbaru menunjukkan inflasi konsumen dan tenaga kerja AS tetap kuat.
"Kondisi ini membuat ruang kenaikan suku bunga The Fed masih terbuka di sisa akhir tahun ini, mengingat masih ada pertemuan regular November dan Desember. Kenaikan di Desember bisa dilakukan," kata Nanang saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (16/10).
Sentimen positif lainnya berasal dari data neraca perdagangan Indonesia September 2023 yang kembali mencatatkan surplus US$ 3,42 miliar. Dengan surplus ini, Indonesia telah mengalami surplus perdagangan selama 41 bulan berturut-turut.
Baca Juga: Tertekan, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 15.721 Per Dolar AS Pada Hari Ini (16/10)
Surplus ini lebih tinggi 0,30% secara bulanan dari surplus bulan Agustus 2023 yang sebesar US$ 3,12 miliar, tetapi lebih rendah 1,54% untuk tahunan dari surplus September 2022.
Adapun surplus disebabkan oleh impor yang turun 12,45% secara tahunan dan 8,15% secara bulanan. Sementara itu, ekspor Indonesia pada September 2023 mencapai US$ 20,76 miliar, turun 16,17% secara tahunan dan sebesar 5,63% secara bulanan.
Kendati neraca dagang masih surplus bahkan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya, namun impor masih cukup rendah. "Artinya, masyarakat masih cenderung memilih untuk mengurangi belanja atau konsumsinya sehingga berpotensi membuat perekonomian Indonesia sulit bertumbuh," ucap Nanang.
Nanang memperkirakan, rupiah akan terus melemah dan berisiko untuk mendekati zona Rp 16.000 dalam beberapa hari ke depan. Zona Rp 15.800 per dolar AS menjadi target terdekat, tepatnya di kisaran Rp 15.800-Rp 15.850 per dolar AS.
Selain perkembangan konflik geopolitik, beberapa data yang dirilis pekan ini akan turut memengaruhi pergerakan rupiah. Dua di antaranya adalah data ekonomi AS mengenai penjualan retail dan pidato Kepala The Fed Jerome Powell.
Baca Juga: Rupiah Melemah, Begini Dampaknya Terhadap Utang Luar Negeri Indonesia
Rupiah berpotensi menguat kembali apabila kenaikan suku bunga The Fed sudah berakhir yang disertai dengan jatuhnya imbal hasil obligasi AS.
Menurut Nanang, capital outflow dari pasar keuangan Indonesia masih terus terjadi mengingat spread antara US Treasury tenor 10 tahun dengan Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun sudah semakin sempit, yakni sebesar 212 basis poin.
Sampai dengan akhir tahun 2023, Nanang melihat, rupiah berpotensi menguat kembali ke Rp 15.400-Rp 15.550. Menurutnya, Bank Indonesia akan melakukan aksi intervensi guna meredam pelemahan rupiah lebih dalam lagi dengan zona Rp 16.000 sebagai level pelemahan terpenting.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menambahkan, Mesir, Israel, dan AS dikabarkan menyetujui gencatan senjata di Gaza selatan mulai pukul 06.00 GMT. Hal ini bertepatan dengan pembukaan kembali perbatasan Rafah, kata dua sumber keamanan Mesir pada Senin (16/10).
Menurut Sutopo, kabar ini sedikit membawa angin segar, karena minimal ada pembicaraan meskipun belum dipastikan perang akan berakhir. Dolar AS diperkirakan akan tetap menjadi cadangan sementara bagi lindung nilai.
Hal ini berarti rupiah masih berada pada puncak pelemahan di atas Rp 15.500 dengan rentang perdagangan di Rp 15.650-Rp 15.700 pada Selasa (17/10).
Rupiah diperkirakan akan berada di kisaran tersebut hingga Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia tanggal 19 Oktober 2023.
Sutopo menyarankan investor untuk mempertimbangkan perkembangan geopolitik saat ini.
Baca Juga: Sentimen Eksternal Mendominasi, Simak Prediksi Pergerakan Rupiah pada Selasa (17/10)
"Meskipun dolar AS kuat, relinya mungkin akan kehilangan momentum dengan sedikit koreksi sebelum menguat dan bertahan hingga keputusan suku bunga The Fed 2 November 2023 nanti," ucap Sutopo.
Ia memprediksi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berada di level Rp 15.800 per dolar AS hingga akhir tahun 2023.
Selain dolar AS, Franc Swiss dan yen Jepang juga punya potensi penguatan karena statusnya sebagai mata uang lindung nilai yang mana suku bunga mereka relatif stabil tidak banyak berubah.
Sutopo memprediksi, yen Jepang (JPY) agak riskan di 150,00 mengingat sewaktu-waktu Bank of Japan bisa melakukan intervensi, sementara Swiss Franc (CHF) masih menguat hingga 0,8855. Per Senin (16/10), USD-CHF berada di level 0,9011, sedangkan USD-JPY di 149,45
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News