Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lanjut melemah 0,10% ke level Rp 14.820 per dolar AS pada Selasa (16/5). Dalam sepekan, rupiah melemah 0,52% dari penutupan Selasa (9/5) lalu di Rp 14.742 per dolar AS.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, pasar pada saat ini memang tengah berada dalam sentimen risk-off. Penguatan dolar AS didukung oleh komentar sejumlah pejabat The Fed yang bernada hawkish pada Senin (15/5).
The Fed belum melihat banyak pelunakan di pasar tenaga kerja sehingga masih harus menempuh jalan panjang demi mencapai target inflasi 2%. Inflasi yang tinggi juga memungkinkan The Fed untuk tidak memangkas suku bunga sampai tahun 2024.
"Ini adalah beberapa dukungan positif untuk dolar yang secara teknis menggambarkan penghindaran risiko pada aset sensitif," tutur Sutopo saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (16/5).
Baca Juga: Merosot 0,52% Hari ini, Simak Arah IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Rabu (17/5)
Dari segi domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, neraca perdagangan Indonesia bulan April 2023 surplus US$ 3,94 miliar. Angka ini lebih tinggi dari surplus bulan sebelumnya yang sebesar US$ 2,83 miliar, tetapi lebih rendah dari surplus April tahun 2022 yang sebesar US$ 7,56 miliar.
Meski surplus, nilai ekspor Indonesia pada April 2023 mencapai rekor terendah dalam 15 bulan, yakni sebesar US$ 19,29 miliar. Jumlah tersebut turun 17,62% dibanding ekspor Maret 2023 dan lebih rendah 29,40% dari ekspor April 2022.
"Penurunan kedua bulan berturut-turut dan laju tertajam sejak Februari 2009, di tengah berkurangnya hari kerja, karena liburan Idul Fitri," ucap Sutopo.
Untuk ke depan, Sutopo melihat rupiah kemungkinan masih akan melemah dalam jangka pendek. Akan tetapi, pasar menunggu keputusan suku bunga acuan Bank Indonesia pada pekan depan yang bisa memberikan panduan lebih lanjut mengenai kebijakan moneternya.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Naik Tipis 0,01% ke Rp 14.810 Per Dolar AS, Selasa (16/5)
Potensi default akibat mandeknya negosiasi plafon utang AS juga masih menjadi sentimen utama. Presiden AS Joe Biden dijadwalkan akan memulai pertemuan kembali dengan Partai Republik dan Partai Demokrat untuk persoalan ini.
Sutopo memperkirakan, rupiah akan diperdagangkan pada Rp 14.806,43 pada akhir semester ini dan di Rp 15.223,06 dalam waktu 12 bulan. Pada akhir tahun, Sutopo memprediksi kurs rupiah akan berakhir di level Rp 15.000 per dolar AS.
Sementara itu, secara teknikal, Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono melihat, pelemahan rupiah terjadi karena dolar AS sedang konsolidasi rebound oversold. Oleh sebab itu, dalam jangka menengah, rupiah masih potensial menguat.
Selama rupiah tetap di bawah Rp 15.000 per dolar AS, posisi rupiah tergolong kuat. Level Rp 14.600 per dolar AS jadi target potensial. Di akhir tahun 2023, Wahyu bahkan memprediksi rupiah akan sampai ke level Rp 14.500 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News