Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah berlanjut melemah di tengah manuver tak berkesudahan perang tarif yang dilancarkan Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,10% dari Rp 16.250 pada Senin (14/7) menjadi Rp 16.266 per dolar AS pada hari ini Selasa (15/7).
Sedangkan di Jisdor BI, rupiah ditutup melemah 0,21% dari Rp 16.247 pada Senin (14/7) menjadi Rp 16.281 pada hari ini Selasa (15/7).
Dari faktor eksternal, pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah terjadi akibat ancaman tarif baru oleh AS kepada Uni Eropa dan Meksiko. Sehari sebelumnya, AS juga mengancam akan mengenakan tarif sekunder sebesar 100% terhadap Rusia jika presidennya, Vladimir Putin, tidak mencapai kesepakatan dalam 50 hari untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Baca Juga: Rupiah Melemah ke Rp 16.271 Pagi Ini, Dolar AS Menguat Jelang Rilis Data Inflasi AS
Selain itu, pasar juga tengah berfokus pada data inflasi indeks harga konsumen negeri Paman Sam di bulan Juni 2025 yang dirilis hari ini.
Tak ketinggalan, pasar juga tengah mencermati pertumbuhan ekonomi China per kuartal ll-2025 yang tampak tak begitu terpengaruh kebijakan tarif AS lantaran tumbuh di atas ekspektasi pasar, yakni 5,2% secara tahunan (YoY).
Namun dari sisi internal, kebijakan tarif ini tampak cukup mengguncang industri berorientasi impor Tanah Air, seperti furnitur yang dinilai Ibrahim akan menyebabkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Penyebab terjadinya PHK karena industri furnitur Indonesia bakal mengalami penurunan yang tajam akibat naiknya harga produk di pasar AS, nilainya berkisar 20-35%. Misalnya produk kursi kayu yang normalnya dijual ke buyer AS seharga US$ 100 per unit, dengan tarif ini harganya bisa naik jadi US$ 120-135 per unit,” ujar Ibrahim, Selasa (15/7).
Baca Juga: Rupiah Lanjut Melemah, Begini Proyeksinya untuk Selasa (15/7)
Selain itu, tingginya harga produk furnitur Indonesia menurut Ibrahim akan menyebabkan kurangnya minat masyarakat AS untuk membeli. Akibatnya, pesanan turun, kapasitas produksi dikurangi, dan beban biaya tetap harus ditanggung.
Ketika produk Indonesia kehilangan konsumen, jelas Ibrahim, maka produksi di dalam negeri seret sehingga pengerjaan untuk permintaan pun jauh menurun.
Dengan demikian, dia memperkirakan pada perdagangan Rabu (16/7) rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.260-Rp 16.300 per dolar AS.
Selanjutnya: Pancaran Samudera Transport (PSAT) Sudah UMA Padahal Baru IPO, Begini Kata Analis
Menarik Dibaca: Mau Basah,Berlumpur,atau Romantis? ATV Ubud Ada Rute Rahasia Buat Semua Gaya Liburan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News