Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Meski sentimen domestik menunjukkan hasil positif tapi pergerakan rupiah berkata lain.
Di pasar spot, Senin (25/5) posisi rupiah merosot 0,22% ke level Rp 13.187 terhadap dollar Amerika Serikat (AS / USD) dibanding hari sebelumnya. Begitu juga di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah juga masih melemah dihadapan USD sebesar 0,38% di level Rp 13.186.
David Sumual, Ekonom Bank BCA memaparkan bahwa faktor permasalahan Yunani yang tidak kunjung usai membuat USD tidak memiliki penahan di pasar. Dengan Yunani yang diduga default karena tidak sanggup memenuhi utangnya yang sudah mendekati tenggat waktu, EUR ambruk di pasar.
Sampai Senin (25/5) pukul 16.45 WIB index USD sudah naik 0,34% ke level 96,34 dibanding hari sebelumnya. Ini membuat USD unggul di hadapan mata uang dunia lainnya termasuk rupiah. “Sulit mengubah tren rupiah yang masih bearish,” kata David.
Padahal, kalau menilik faktor domestik sebenarnya cukup positif. Setelah pemerintah menerbitkan sukuk yang oversubscribe diminati pasar dan proyeksi S&P yang juga positif bagi pasar saham Indonesia, rupiah memiliki daya dorong.
“Selasa (26/5) juga akan diadakan lelang SUN sebesar Rp 10 triliun yang diduga akan kembali diminati pasar seharusnya rupiah punya tenaga untuk mengungguli USD,” tambah David.
Menurut David, tampaknya kekuatan domestik ini tidak cukup untuk menopang pergerakan rupiah. Sentimen eksternal masih lebih dominan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News