kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Semen Indonesia mengakuisisi Holcim, pasar semen masih kelebihan pasokan


Minggu, 17 Maret 2019 / 18:08 WIB
Semen Indonesia mengakuisisi Holcim, pasar semen masih kelebihan pasokan


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di Januari, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) mengakuisisi PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) yang kini berganti nama menjadi Solusi Bangun Indonesia (SBI) dalam grup SMGR.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan akuisisi ini bisa memperkuat pangsa pasar SMGR. Nafan pun menjagokan SMGR di sektor semen dengan target harga 13.875 per saham dengan rekomendasi accumulate.

Menurut Nafan, di tengah tekanan lonjakan pasokan, SMGR bersama SBI bisa mengurangi sentimen negatif oversupply dengan memanfaatkan kapabilitas ekspor dari SBI. "SMGR bisa ekspor ke ASEAN dan tentunya akan memberikan pertumbuhan kinerja bagi SMGR," kata Nafan, Minggu (17/3).

Selain memperkuat pangsa pasar SMGR, akuisisi tersebut membuat persaingan di sektor semen yang sangat ketat jadi sedikit mereda. Hingga akhir tahun, Nafan memproyeksikan pendapatan SMGR bisa naik 6,4% ke Rp 33,36 triliun dan laba bersih naik menjadi Rp 2,87 triliun.

Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya berpendapat, berkurangnya pemain besar di sektor semen akan menyebabkan para emiten jadi lebih mudah untuk mengontrol jumlah produksi semen sehingga oversupply bisa sedikit diredam. "Tentunya, butuh efisiensi dari setiap para emiten sektor semen guna meredam oversupply. Mereka baiknya fokus menjaga produktivitas dan mengevaluasi kebutuhan pasar, jangan produksi terus," kata William yang merekomendasikan hold untuk sektor semen.

Sedangkan, Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe mengatakan, meski market share SMGR bertambah setelah mengakuisisi Holcim, di tahun ini Kiswoyo menjagokan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). Alasannya, utang INTP lebih kecil diabanding SMGR yang utangnya justru bertambah setelah akuisisi. "Saya concern ke utang, INTP buy on weakness di target harga Rp 20.000 per saham," kata Kiswoyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×