kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.000,68   7,08   0.71%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sembilan saham yang masuk indeks MSCI Small Cap bergerak lincah


Senin, 29 November 2021 / 06:30 WIB
Sembilan saham yang masuk indeks MSCI Small Cap bergerak lincah


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham meningkat signifikan sejak diumumkan masuk ke dalam Morgan Stanley International (MSCI) Small Cap index beberapa waktu lalu. 

Pada 11 November 2021, MSCI mengungkapkan ada sembilan saham menjadi penghuni baru indeks MSCI Small Cap, yaitu PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS), PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN), PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).

Menurut catatan Kontan.co.id, harga hampir seluruh saham meningkat sejak pengumuman tersebut. Bahkan, beberapa mencetak pertumbuhan harga hingga dua digit. BEBS meningkat paling tinggi 36,07%. Setelahnya ada SILO dan MCAS yang meningkat masing-masing 21,66% dan 20,69%. Adapun DMMX juga meningkat hingga dua digit mencapai 14,24%. 

Research Analyst FAC Sekuritas Indonesia Patrick Jorghy Manek mencermati, kenaikan harga yang signifikan memang terdorong oleh investor yang masih melakukan rebalancing portofolio. "Kami melihat hanya untuk jangka waktu short term," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Jumat (26/11). 

Baca Juga: Simak proyeksi IHSG dan rekomendasi saham untuk Senin (29/11)

INDY menjadi satu-satunya saham yang melorot hingga 5,15% sejak pengumuman indeks MSCI Small Cap. Patrick mencermati, pelemahan harga saham INDY diperberat oleh sentimen penurunan harga batubara. Tidak hanya INDY, produsen batubara yang lain seperti PTBA dan BUMI juga terkena dampak penurunan harga ini. 

Dia menambahkan, penurunan harga batubara dipicu kebijakan China untuk mempercepat pembuatan tambang baru tahun ini. Hal ini berpengaruh cukup dalam karena China merupakan salah satu negara pengimpor batubara terbesar dari Indonesia. 

Walau begitu, Patrick mencermati, sembilan saham yang masuk dalam indeks tersebut seluruhnya memiliki prospek yang menarik ke depan. Mengingat, saham-saham itu sudah masuk dalam indeks MSCI Small Cap yang memang dirancang untuk mengukur kinerja saham berkapitalisasi kecil dengan klasifikasinya cukup ketat.

Misalnya, valuasi harganya, kualitas neraca saldo perusahaan, imbal hasil sahamnya, volatilitas harga saham, dan ukuran dari perusahaan. "Jadi kesembilan saham tersebut sudah melalui screening tersebut," imbuhnya kepada Kontan.co.id, Jumat (26/11). 

Baca Juga: Bursa Regional Rontok, Khawatir Varian Baru Covid-19 dan Tapering AS

Akan tetapi, di antara saham-saham tersebut, dia memproyeksikan ASSA memiliki prospek paling menarik. Pengendalian Covid-19 yang cukup baik oleh pemerintah mendorong mobilitas yang mulai kembali seperti semula di Indonesia. Di sisi lain, kinerja perusahaan jasa kurir milik ASSA yaitu Anteraja bertumbuh cukup pesat, diimbangi dengan bisnis e-commerce dan minat belanja online masyarakat Indonesia yang bertumbuh. Pembangunan infrastruktur juga dapat menjadi sentimen yang baik karena kegiatan pengiriman logistik akan menjadi jauh lebih efisien.

Mempertimbangkan kondisi tersebut, dia menargetkan ASSA di area Rp 4.000. Apabila investor sudah memiliki saham ASSA bisa hold terlebih dahulu. Jika belum punya saham ASSA bisa buy on weakness di area Rp 3.500-Rp 3.600. Jangka waktunya untuk jangka menengah hingga panjang. 

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji mencermati, saham-saham baru indeks MSCI Small Cap itu mayoritas memiliki prospek yang menarik. Mengingat, saham-sahamnya yang memang memiliki likuiditas yang baik. 

Baca Juga: Pasca masuk MSCI Small Cap, Lippo Karawaci harapkan kontribusi SILO makin signifikan

Nafan mengungkapkan, tingkat likuiditas saham-saham itu dipengaruhi oleh katalis positif seperti peningkatan kinerja fundamental maupun aksi korporasi. Di samping itu, kondisi perekonomian domestik yang semakin kondusif mampu mendorong peningkatan pendapatan emiten. 

"Hal-hal tersebut membuat pergerakan harga saham terapresiasi. Terjadinya peningkatan harga saham mencerminkan apresiasi dari investor," ujar dia. 

Nafan menambahkan, dilihat secara sektoral, saham-saham yang tergabung dalam indeks MSCI Small Cap itu tergolong ke dalam sektor-sektor yang prospektif. Misalnya saja, keuangan perbankan dan kesehatan. Perbankan prospektif dengan komitmennya mengembangkan bisnis dari sisi digital. Sementara, sektor kesehatan atraktif selama pandemi Covid-19 masih membayangi. 

Baca Juga: Rupiah tertekan sentimen negatif global

Akan tetapi ia tidak memungkiri, ada juga sektor yang tengah lesu seperti emiten-emiten batubara. Sektor ini tertekan karena China meningkatkan produksi batubara domestiknya. Oleh karena itu, harga batubara kembali stabil dan akhirnya tercermin dalam pergerakan harga saham-saham batubara, salah satunya INDY. 

Dicermati secara sektoral, emiten-emiten tersebut masih memiliki prospek yang baik. Akan tetapi, Nafan menekankan agar investor terus mencermati masing-masing emitennya. 

"Dari Mirae belum ada rekomendasi terhadap saham-saham tersebut, tetapi yang ditekankan adalah emiten tersebut akan mendapat katalis positif dari membaiknya kondisi sektoral domestik yang semakin kondusif," ungkap Nafan. Sehingga, kinerja fundamental saham-saham small cap itu berpotensi membaik secara berkesinambungan. 

Baca Juga: IHSG diramal melanjutkan pelemahan pada Senin (29/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×