IHSG Menguat 2,65% Dalam Sepekan, Berikut Sentimen Penopangnya

Sabtu, 12 Juli 2025 / 08:05 WIB

ILUSTRASI. IHSG ditutup menguat 42,06 atau 0,60% ke level 7.047,43 pada akhir perdagangan Jumat (11/7). Dalam sepekan, IHSG menguat 2,65%.(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)

Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 42,06 atau 0,60% ke level 7.047,43 pada akhir perdagangan Jumat (11/7). Dalam sepekan, IHSG menguat 2,65%.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, sentimen pendorong penguatan IHSG ialah maraknya aksi penawaran umum perdana atawa IPO.

Dalam sepekan ini saja, ada delapan perusahaan yang melantai di bursa, seperti PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) yang bahkan mengalami oversubscribed hingga 100 kali selama masa penawaran saham perdana. Hal yang sama juga dialami PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) yang mencapai oversubscribed 70 kali.

Selain kedua emiten itu, ada pula PT Asia Pramulia Tbk (ASPR), PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT), PT Multi Usaha Indonesia Tbk (PMUI), PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI), PT Trimitra Trans Persada Tbk (BLOG), PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK).

“Jadi ini menandakan bahwa sebenarnya kondisi ekonomi dan pasar modal domestik relatif kondusif,” ujar Nafan kepada Kontan, Jumat (11/6).

Selain itu, sentimen pendukung lain menurut Nafan ialah tren penguatan rupiah seiring neraca perdagangan barang Indonesia yang mengalami surplus US$ 15,38 miliar sepanjang periode Januari hingga Mei 2025, atau naik US$2,32 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu. Surplus ini bahkan tercatat selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

“Di sisi lain, inflasi kita masih rendah, agak di bawah standar deviasi dari kisaran 1,5%, batas maksimum di 3,5% sedangkan inflasi kita di 1,87% per Juni 2025,” ungkap Nafan.

Bank Indonesia, kata Nafan, masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin bulan ini yang berpotensi memperkuat likuiditas pasar keuangan maupun pasar modal Tanah Air.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga sependapat. Dia pun bilang, investor juga tengah memantau rilis data makro ekonomi Indonesia, di mana cadangan devisa dan indeks kepercayaan konsumen (IKK) yang cenderung stabil meskipun penjualan kendaraan bermotor menurun.

Sebagai informasi, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat, IKK pada bulan Juni 2025 sebesar 99,4, turun 0,3 poin secara bulanan (MoM).

Adapun, melansir data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan kendaraan wholesales atau dari pabrik ke diler pada Juni 2025 tercatat turun 2.852 unit atau 4,7% MoM pada angka 57.760 unit,

Sementara penjualan ritel atau dari diler ke konsumen sebesar 61.647 unit, naik tipis 340 unit atau 0,6 % MoM.

Herditya juga melihat investor tengah mengamati perkembangan pengesahan One Big Beautiful Bill Act, beleid yang mengatur pajak dan pengeluaran Amerika Serikat.

“Investor juga tengah memantau penerapan tarif impor tambahan pada 1 Agustus mendatang,” sebut Herditya.

Chief Executive Officer Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo juga menimpali, penguatan IHSG dipengaruhi sentimen data ekonomi inflasi China pekan ini yang naik di menjadi 0,1%.

“Lalu secara domestik memantau rilis data cadangan devisa Indonesia yang naik ke level US$ 152,6 miliar serta menunggu rapat dewan gubernur (RDG) BI pekan depan,” pungkasnya.