kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selalu ada peluang bitcoin tembus US$ 10.000 di 2020


Kamis, 09 Januari 2020 / 23:49 WIB
Selalu ada peluang bitcoin tembus US$ 10.000 di 2020


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sukses tembus US$ 8.400 per btc di awal tahun, CEO Indodax Oscar Darmawan optimistis prospek harga bitcoin 2020 beserta aset digital lainnya akan tetap menjadi pilihan investasi terbaik.

Menurut Oscar, lonjakan harga bitcoin yang terjadi Rabu (8/1) dikarenakan meningkatnya persekutuan perang militer antara Iran-USA yang terjadi akhir-akhir.

Kondisi tersebut diperkirakan akan terus berkelanjutan dan membuat mata uang negara Iran mengalami devaluasi dan akibatnya masyarakatnya bersedia membeli lebih banyak bitcoin untuk menyelamatkan aset finansialnya.

Baca Juga: Co-founder CryptoWatch: Lonjakan Bitcoin hanya sesaat

"Pada titik inilah kemudian demand terhadap bitcoin melonjak tajam (eksponensial) yang tidak diimbangi oleh jumlah supply pasar dan akibatnya harga bitcoin meroket pada kondisi ini," kata Oscar kepada Kontan.co.id, Kamis (9/1).

Selain itu, kondisi geopolitik lainnya seperti pernyataan Presiden Iran yang mengajak negara muslim di timur tengah untuk segera merancang langkah-langkah agar lepas dari dominasi dan rezim ekonomi Amerika Serikat, turut juga memberikan sentimen positif terhadap Bitcoin dan aset kripto lainnya. Seruan ini dinilai mampu memancing minat investor untuk kembali masuk.

Padahal, beberapa bulan sebelumnya volume perdagangan aset kripto di negeri Iran mencapai titik terendah karena adanya pembatasan akses internet oleh pemerintah.

Hal tersebut guna menanggulangi gelombang demonstrasi akibat kenaikan harga minyak. Terhitung, saat ini harga Bitcoin di Iran kemudian merangkak naik hingga US$ 25.000 per btc.

Baca Juga: Bappebti blokir 54 situs ilegal di bidang perdagangan berjangka komoditi

Oscar menekankan bahwa tidak ada yang bisa memastikan kapan peningkatan ini akan terus berlangsung. Meskipun demikian, khususnya di Iran kenaikan harga diperkirakan berlangsung dalam beberapa minggu ke depan. Namun, hal itu tidak bisa dijadikan patokan mengingat kebijakan suatu negara berubah begitu cepat.

Selain itu, faktor penilaian masyarakat yang semakin positif terhadap teknologi Blockchain juga akan berperan dalam menentukan pergerakan harga Bitcoin.

Sentimen positif ini dapat dilihat dari maraknya perusahaan yang mulai membangun teknologi Blockchain sendiri dan perbincangan di ruang kelas, seminar, hingga obrolan sehari-hari.

"Teknologi Blockchain hingga tahun 2050 diperkirakan akan mampu menyumbang lebih dari 10% GDP global," prediksinya.

Selain itu, beberapa faktor seperti momentum Halving Day yang semakin dekat dinilai bakal mendorong tren kenaikan harga bitcoin.

Baca Juga: Beri tepuk tangan, Bitcoin sudah meroket 9.000.000% dalam satu dekade

Peristiwa ini membuat nilai peredaran bitcoin cenderung berkurang. Alhasil dengan angka permintaannya yang terus naik, sangat besar peluang bitcoin akan kembali meroket.

Ditambah lagi, kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu akibat perang dagang ataupun perang mata uang. Hal ini diikuti melambatnya ekonomi global di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, China, Eropa, dan Australia yang mendorong beberapa bank sentral mengambil kebijakan Dovish, atau pelonggaran moneter.

"Akibatnya, masyarakat dunia semakin memilih bitcoin dan percaya bahwa bitcoin dan aset kripto adalah alternatif terbaik untuk menyelamatkan kekayaan selain melalui aset konvensional lainnya seperti emas," jelas Oscar kepada Kontan.co.id, Kamis (9/1).

Adapun sentimen yang bakal mengancam harga bitcoin adalah ketika market jenuh atau dikenal dengan istilah low season. Ketika market jenuh, maka ekosistem penjualan dan pembelian Bitcoin akan stagnan.

Baca Juga: Bursa kripto global KuCoin gandeng Tokoin untuk mendorong adopsi blockchain

Hal tersebut mengakibatkan harga Bitcoin statis dan menyebabkan pengguna tidak melihat Bitcoin sebagai investasi aset yang bernilai tinggi.

"Semua kemungkinan (tembus US$ 10.000 per btc) akan selalu ada. Hal penting yang harus selalu diingat bahwa faktor utama yang menyebabkan harga BTC kembali meroket adalah supply dan demand," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×