kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor saham ini diprediksi bakal bersinar dan meredup pada tahun depan


Minggu, 29 Desember 2019 / 15:13 WIB
Sektor saham ini diprediksi bakal bersinar dan meredup pada tahun depan


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat

Fakhrul juga menilai sektor aneka industri dapat terkerek dengan naiknya harga crude palm oil (CPO). Kenaikan harga CPO ini akan berdampak positif bagi emiten otomotif seperti PT Astra International Tbk (ASII).

Fakhrul bilang, harga CPO biasanya memiliki korelasi yang sangat positif terhadap penjualan sepeda motor. Sebab, industri CPO merupakan industri padat karya  yakni menggunakan tenaga kerja yang banyak. Dengan kenaikan upah akibat naiknya harga CPO, maka pembelian sepeda motor akan naik.

Selain sektor properti, ada pula sektor yang diperkirakan masih meredup tahun depan. Fakrul mengatakan, sektor pertambangan belum mendapat sentiment positif dalam jangka pendek.

Namun jika ada data-data perekonomian China yang menggembirakan, ia melihat sektor pertambangan akan membaik setidaknya pada paruh kedua 2020.

Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi loyo, kinerja IHSG kurang bergairah di tahun ini

Berbeda dengan Liza, Fakhrul menilai sektor barang konsumsi akan cukup tertekan pada tahun depan. Sebab, komponen biaya hidup akan naik yang diakibatkan salah satunya adalah kenaikan biaya BPJS kesehatan. Selain itu, kemungkinan ada juga kenaikan harga barang-barang yang telah diatur oleh pemerintah.

“Kami melihat adanya potensi untuk menekan daya beli. Salah satunya juga disebabkan adanya kenaikan cukai rokok,” lanjut Fakhrul.

Sektor infrastruktur dan konstruksi juga belum mendapat katalis positif tahun depan. Proyek pembangunan ibukota baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, sepertinya masih jauh panggang dari api.

Tahun depan juga diperkirakan proyek-proyek infrastruktur hanya sedikit yang dikaver oleh APBN. Sedangkan selebihnya, emiten-emiten konstruksi khususnya BUMN harus mencari pembiayaan sendiri. Buktinya, ada beberapa emiten konstruksi yang bakal menerbitkan obligasi sebagai sumber pembiayaan.

Baca Juga: Kinerja IHSG sepanjang tahun ini kurang memuaskan, bagaimana tahun depan?

Namun, akibat dari penerbitan surat utang ini adalah adanya risiko leverage yang tinggi. “Dikhawatirkan dapat mengakibatkan cashflow negatif yang merupakan penyakit bagi perusahaan kosntruksi,” ujar Liza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×