Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengocok ulang konstituen indeks SRI-KEHATI. Ada dua saham pendatang baru yakni PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) dan PT Timah Tbk (TINS).
Kedua saham tersebut menggantikan posisi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mulai 1 Juli 2021.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto memandang, selama ini indeks Sri Kehati jarang menjadi acuan untuk manajer investasi, sehingga menurutnya walaupun ada saham POWR dan TINS masuk indeks ini tidak akan memberikan penguatan harga yang signifikan.
Baca Juga: Kinerja naik di kuartal I-2021, begini rekomendasi saham Indofood (INDF)
Meski demikian, William memandang kedua saham tersebut memiliki prospek yang cukup baik. TINS terdorong oleh menguatnya harga komoditas yang diproduksi. Lihat saja, pada kuartal pertama tahun ini TINS berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 10,34 miliar. Laba ini berbanding terbalik dari pada kuartal pertama 2020, dimana TINS membukukan kerugian bersih hingga Rp 412,85 miliar.
Naiknya bottomline terjadi saat pendapatan emiten pelat merah ini membukukan penurunan. TINS membukukan pendapatan senilai Rp 2,44 triliun, menurun 44,78% dari pendapatan di periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 4,42 triliun.
"Untuk sekarang ini pertambangan menguat, sentimen positif untuk TINS. Sementara POWR memiliki daya tarik tersendiri dari dividen yield-nya yang besar," ujar William, Kamis (1/7).
Dalam catatan Kontan, PT Cikarang Listrindo Tbk telah membagikan dividen tunai dari tahun buku 2020 sebesar Rp 36,84 per saham atau secara total mencapai Rp 580,47 miliar.
Baca Juga: IHSG menguat ke 6.005 pada Kamis (1/7), saham konsumsi top gainers LQ45
Ia menilai saham POWR dan TINS masih menarik untuk dikoleksi, William menyarankan pelaku pasar untuk bisa buy saham POWR dengan target Rp 740 dan TINS dengan target harga Rp 1.600 per saham.
Pada akhir perdagangan Kamis (1/7) saham POWR menguat 0,78% ke harga Rp 650 per saham dan saham terkoreksi 1,68% ke harga Rp 1.465 per saham.
Sementara itu, William menambahkan untuk saham yang dikeluarkan dari indeks ini yakni PJAA masih akan menghadapi tantangan berupa PPKM Darurat. "PJAA dan INTP menarik untuk buy on weakness, namun untuk PJAA sepertinya perlu menunggu karena sentimen PPKM Darurat," pungkasnya.
Selanjutnya: IHSG menguat 0,34% ke 6.005 hingga akhir perdagangan Kamis (1/7)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News