kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sektor perbankan masih menarik dilirik


Senin, 02 Desember 2019 / 05:53 WIB
Sektor perbankan masih menarik dilirik
ILUSTRASI. Pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham sektor perbankan dinilai masih akan dihadapkan pada banyak rintangan. Meskipun begitu, setidaknya dengan terbentuknya kabinet kerja yang baru telah memberikan sentimen positif di pasar terkait prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih baik ke depan.

Analis MNC Sekuritas Victoria Venny mengungkapkan, prospek emiten sektor perbankan hingga akhir tahun 2019 masih positif. Terutama pasca terpilihnya kabinet baru karena arah perekonomian diharapkan bisa lebih jelas.

Baca Juga: Investor asing banyak melepas saham-saham perbankan, ini rekomendasi bagi investor

"Kabinet kerja yang baru juga memberikan sentimen positif terhadap dunia usaha, begitu juga di 2020. Untuk itu, kami masih meyakini sektor finansial masih menjadi pilihan yang menarik," kata Venny kepada Kontan.co.id, Minggu (1/12).

Sejalan dengan hal tersebut, Venny mengatakan bobot saham sektor keuangan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berkontribusi cukup tinggi, yakni sekitar 38% terhadap marketcap.

Meskipun demikian, sektor tersebut menghadapi beberapa tantangan terlebih lagi terkait issue sentimen negatif bagi beberapa bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Baca Juga: Mencetak kenaikan mentereng, simak rekomendasi saham sektor industri dasar berikut

Sebagaimana diketahui, akhir-akhir ini bank plat merah erat terkait dengan isu restrukturisasi dan bahkan terkena kasus gagal bayar. Umumnya adalah nasabah besar yang berakibat pada naiknya Non Performing Loan (NPL) dan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).

"Adapun mitigasi risiko dan strategi melakukan restrukturisasi, provisi dan write off diperlukan dalam rangka menjaga kualitas aset perbankan," ungkapnya.

Terkait dengan dampak penurunan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia (BI), Venny berharap hal tersebut dapat meningkatkan penyaluran kredit konsumer. Meskipun begitu, pihaknya meyakini bahwa beberapa perbankan masih mengkaji tingginya cost of fund.

Baca Juga: Indeks sektor industri dasar dan kimia tumbuh naik paling kencang, ini kata analis

Kondisi tersebut, seiring ketatnya likuiditas perbankan dan sebelum akhirnya bank-bank memutuskan untuk menurunkan suku bunga kreditnya.

Untuk saat ini, Venny cenderung merekomendasikan Buy untuk saham BBRI dengan target harga Rp 4.400 per saham. Masih tingginya Net Interest Margin (NIM) dan adanya transformasi digital yang dilakukan, menjadi daya tarik bagi saham tersebut untuk tetap dilirik.

Selain itu, ada juga saham BBNI yang direkomendasikan beli dengan target harga Rp 9.800 per saham. Saham BBNI dianggap cukup menarik karena didukung oleh valuasi yang juga menarik.

Ini terlihat dari PBV yang berada di level 1,17 kali dibandingkan dengan perbankan BUKU IV yang ada di level 2,04 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×