kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah saham LQ45 yang menggeliat masih akan tersengat Santa Claus Rally


Senin, 06 Desember 2021 / 06:50 WIB
Sejumlah saham LQ45 yang menggeliat masih akan tersengat Santa Claus Rally


Reporter: Kenia Intan | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun ini, sejumlah saham LQ45 terlihat menggeliat. Bahkan capaian harga sejumlah saham LQ45 saat ini lebih tinggi dibanding sebelum pandemi Covid-19 merebak di Indonesia.

Saham-saham itu adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT  Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang meningkat hingga tiga digit dibanding harganya pada  2 Januari 2020. Asal tahu saja, kasus pertama Covid-19 di Indonesia baru diumumkan secara resmi pada 2 Maret 2020. 

Rinciannya, MDKA melesat 234,86% menjadi Rp 3.650 per saham saat ini. Sementara, ANTM meningkat 178,57% menjadi Rp 2.340 per saham dan TBIG terkerek 139,52% menjadi Rp 2.970 per saham. Kontan juga mencatat, terdapat saham-saham lain yang mengalami kenaikan harga hingga dua digit seperti BBCA, TOWR, ADRO, INCO, ITMG, dan ERAA. 

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mencermati, saham-saham LQ45 yang sudah meningkat signifikan masih memungkinkan mengalami kenaikan harga  saat Santa Claus Rally. Apalagi, saham-saham dalam indeks tersebut merupakan big caps. 

Baca Juga: Rekomendasi saham indeks LQ45 yang bisa dibeli, ada BBRI, BBNI, ANTM, PTBA dll

" Kapitalisasinya besar, kalau ada investor asing yang masuk ke IHSG, saham-saham itu akan ikutan menguat," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (5/12). Di sisi lain, katalis positif dari masing-masing emiten juga dapat memperkuat pergerakan harga saham. 

 Walaupun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level III akan diterapkan selama 10 hari di seluruh wilayah di Indonesia, Santa Claus Rally masih akan menghiasi pergerakan harga saham. PPKM level III yang berlaku pada 24 Desember  2021 hingga 2 Januari 2022 itu tidak akan berdampak signifikan terhadap pergerakan harga saham karena diterapkan secara sementara. 

Menurutnya, pelaku pasar justru lebih mencermati dampak dari varian baru Covid-19 Omicron yang berpotensi menekan kembali pemulihan ekonomi. Jika varian baru itu memang terbukti berbahaya, maka akan menjadi katalis positif bagi saham-saham yang berkaitan dengan sektor kesehatan. 

Di sisi lain, jika varian ini berdampak lebih ringan, maka masih ada peluang berlanjutnya pemulihan ekonomi ke depan. Ini akan menjadi katalis positif untuk sektor perbankan dan otomotif. 

Beberapa saham yang diunggulkannya seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT  Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).  Adapun taget harganya Rp 5.200 per saham untuk BBRI, Rp 2.000 per saham untuk BBTN, dan Rp 8.000 untuk BMRI dan BBNI. Di sisi lain, PT Astra International Tbk (ASII) juga direkomendasikan dengan target harga Rp 7.000 per saham. 

Untuk MDKA dan ANTM yang sudah terkerek signifikan dibandingkan periode sebelum pandemi, keduanya terlihat masih punya potensi menguat karena kenaikan harga komoditas. Keduanya masih menarik dengan target harga masng-masing Rp 4.000 per saham. Untuk TBIG, kenaikan harganya cenderung terbatas mengingat kabar mengenai akuisisi yang mulai mereda. 

Terhadap saham-saham yang mengalami penurunan yang dalam dibandingkan saat sebelum pandemi seperti PT  Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Hendriko menyarankan investor untuk mencermati ulang saham-saham ini dan menyesulkan kembali dengan strategi masing-masing. Mengingat ketiga saham itu dibayang-bayangi sentimen negatif. 

Untuk HMSP, pergerakan sahamnya akan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah terkait kepastian kenaikan cukai rokok. Oleh karenanya disarankan wait and see. Sementara untuk UNVR, bisnisnya masih akan dibayangi kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) yang bisa menggerus margin. Untuk WIKA ia cenderung netra, mengingat belum ada sentimen positif yang cukup kuat. 

Senada, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mencermati, saham-saham yang melorot sebelum pandemi tidak akan terlalu dilirik investor. Apalagi melihat kinerja hingga kuartal III secara year on year (yoy) kurang memuaskan. Oleh karenanya tidak mengherankan jika investor beralih ke saham-saham lain yang lebih menarik seperti  komoditas.

Seperti diketahui, kinerja ANTM dan MDKA memang tertopang katalis positif dari naiknya harga emas dan nikel. Saham-saham yang sudah meningkat drastis pun memungkinkan terkerek lebih tinggi lagi apabila membukukan kinerja yang baik ke depan. 

Walau saham-sahamnya diwarnai sentimen positif, dilihat secara teknikal, IHSG sebenarnya menunjukkan risiko koreksi. Ini diperkuat dengan adanya sentimen dari The Fed yang hendak melakukan percepatan kebijakan tapering off, sehingga sempat terjadi aksi jual minggu lalu. 

Baca Juga: Rekomendasi saham indeks LQ45 yang bisa dibeli, ada BBRI, BBNI, ANTM, PTBA dll

" Koreksi ini saya pikir masih akan wajar, mengingat sebelumnya IHSG sudah mengalami rally. Justru koreksi ini apabila terjadi dapat menjadi kesempatan untuk investor menambah porsi investasinya untuk semester pertama tahun depan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (5/12).  

Adapun sektor yang menurutnya bisa dicermati adalah saham-saham transportasi. Ini mempertimbangkan tren indeks sektoral yang masih dalam tren kenaikan yang kuat. Sektor energi pun masih punya peluang, tetapi relatif terbatas. Selain itu, sektor keuangan juga menarik karena saham-saham perbankan dapat mengangkat IHSG di awal tahun depan. 

Kalau dilihat dari sahamnya, pergerakan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) atraktif dengan target harga Rp 525 per saham. Di luar saham LQ45,  PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) menarik perhatikannya dengan target harga Rp 1.100 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×