Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang awal tahun 2020 ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sepuluh saham yang menjadi laggard atau pemberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Per Selasa (14/1), secara berurutan, sepuluh saham tersebut adalah PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang turun 17,9%, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) 8,9%, PT Bank Mega Tbk (MEGA) 15%, PT Mitra Keluarga Tbk (MIKA) 9%, dan PT MNC Sky Vision Tbk (IPTV) 19,2%.
Baca Juga: Belum banyak dilirik, saham lapis kedua lebih cocok untuk diversifikasi investasi
Selanjutnya, ada PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dengan penurunan 9,4%, PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU) 15,4%, PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO) 9,6%, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) 6%, dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang turun 7,7%.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, koreksi yang terjadi pada saham-saham tersebut tergolong wajar. Pasalnya, pada tahun lalu, harga saham-saham tersebut sudah naik tinggi.
"Jadi, wajar orang profit taking dulu. Apalagi BRPT dan TPIA itu valuasinya sudah naik gila-gilaan," ucap dia di Jakarta, Selasa (14/1).
Memang, sepanjang 2019 lalu, harga BRPT naik 226,84% ke Rp 1.510 per saham dan TPIA naik 189,31% ke Rp 1.505 per saham. Tiga saham laggard selanjutnya, yakni MEGA, MIKA, dan IPTV juga mencatatkan kenaikan harga saham masing-masing sebesar 29,59%, 71,15%, dan 110,42%.
Baca Juga: Indeks Pefindo25 terkoreksi, saham-saham ini masih jadi rekomendasi untuk dipilih
Meskipun begitu, untuk ke depannya, Analis Profindo Sekuritas Dimas W.P. Pratama memprediksi, sejumlah saham laggard ini masih berpeluang untuk tumbuh kembali. Menurut dia, saham BPRT dan TPIA akan kembali berkat ekspansi pabrik baru.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, TPIA berencana membangun kompleks pabrik baru dengan nilai investasi US$ 5 miliar atau sekitar Rp 70 triliun.
Demi pembangunan tersebut, TPIA tengah mencari investor strategis untuk masuk ke anak usahanya yaitu Chandra Asri Perkasa. Sebagai sumber alternatif pendanaan lain, TPIA akan menggelar rights issue sebanyak-banyaknya 7,17 miliar saham dengan nilai nominal Rp 200 per saham.
Baca Juga: IHSG menguat empat hari beruntun, bagaimana Kamis (15/1)?
Selanjutnya, Dimas memprediksi saham MIKA juga dapat tumbuh kembali seiring dengan ekspansi rumah sakit. Tahun ini, MIKA berencana untuk menambah tiga rumah, di luar dari jumlah rumah sakit yang akan diakuisisi.
Sementara itu, peluang pertumbuhan saham IPTV seiring dengan kenaikan pendapatan usai mengakuisisi Link Net. Perusahaan ini menargetkan mampu mengantongi pertumbuhan pendapatan dua kali lipat pada tahun 2020, yakni sebesar Rp 8 triliun dengan laba bersih sekitar Rp 1,3 triliun-Rp 1,4 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News