Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai mencetak kinerja ciamik sepanjang tahun lalu, emiten yang bergerak di sektor energi (IDX Energy) melanjutkan kinerja apiknya di tiga bulan pertama tahun ini. Sejumlah emiten telah merilis kinerja keuangan per kuartal pertama 2022. Hasilnya, mayoritas membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih.
PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) misalnya, melaporkan kenaikan laba bersih sebesar 40% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp 428 miliar pada tiga bulan pertama 2022. Sebagai perbandingan, laba bersih AKRA pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp 305 miliar.
Kenaikan laba bersih dibarengi dengan kenaikan pendapatan. Pada kuartal pertama 2022, pendapatan AKRA melesat 98% menjadi Rp 10,13 triliun dari sebelumnya Rp 5,11 triliun. Kenaikan ini diakibatkan peningkatan harga BBM dan kimia dasar serta peningkatan volume penjualan.
Kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) juga menunjukkan perbaikan. Emiten pelat merah ini mencatatkan laba bersih senilai US$ 118,5 juta atau setara Rp 1,7 triliun pada kuartal pertama 2022. Realisasi ini melesat 92,68% dari kuartal pertama 2021 yang hanya US$ 61,5 juta.
Baca Juga: Meski Pendapatan Naik, Laba Indocement (INTP) Menyusut 48% pada Kuartal I
Kenaikan laba bersih berasal dari pendapatan yang dibukukan PGAS pada kuartal pertama, yakni sebesar US$ 836,9 juta. Jumlah ini meningkat 14,15% dari pendapatan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 733,15 juta.
“Pemulihan kinerja operasional dari pemulihan ekonomi dan keberhasilan pengelolaan pandemi pemerintah berhasil menopang kinerja keuangan PGN sampai dengan kuartal pertama 2022,” ungkap Direktur Utama Perusahaan Gas Negara, M. Haryo Yunianto beberapa waktu lalu. Kenaikan kinerja keuangan PGAS dibarengi dengan kenaikan sejumlah kinerja operasionalnya.
Emiten yang bergerak di sektor pertambangan batubara juga berhasil meningkatkan kinerjanya di kuartal pertama tahun ini. Misalkan, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang membukukan laba bersih senilai US$ 400,07 juta sepanjang kuartal pertama 2022.
Asal tahu saja, jumlah tersebut melesat 457,6% dari laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya US$ 71,74 juta.
Naiknya laba bersih ADRO sejalan dengan kenaikan kinerja topline. Emiten yang dinakhodai oleh Garibaldi ‘Boy’ Thohir ini membukukan pendapatan senilai US$ 1,22 miliar, naik 77,13% dari pendapatan di kuartal pertama 2021 yang hanya US$ 691,97 juta.
Baca Juga: Jelang Delisting, Bentoel (RMBA) Mencatatkan Laba Rp 4,29 miliar di Kuartal I 2022
Namun, ADRO mengalami penurunan volume produksi dan penjualan batubara di sepanjang periode Januari-Maret 2022. Hanya saja, adanya kenaikan sebesar 86% pada harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) berkat harga batubara yang tinggi membuat kinerja keuangan ADRO melambung.
Anak usaha ADRO, yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) juga berhasil mencetak kinerja mentereng sepanjang tiga bulan pertama 2022. ADMR membukukan laba bersih senilai US$ 83,46 juta sepanjang kuartal pertama 2022. Angka ini melejit 835,51% dari torehan laba di periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar US$ 8,91 juta.
ADMR juga berhasil menggenjot kinerja topline, dimana ADMR membukukan pendapatan usaha senilai US$ 182,14 juta, naik 188,75% dari Raihan laba bersih di kuartal pertama 2021 sebesar US$ 63,08 juta.
Emiten tambang batubara milik taipan Low Tuck Kwong, yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) juga mencetak kenaikan kinerja. BYAN membukukan pendapatan senilai US$ 783,83 juta, naik 56,44% dari pendapatan di kuartal pertama 2021.
Bersamaan, laba bersih BYAN melejit 122,20% menjadi US$ 368,56 juta, dari sebelumnya hanya US$ 165,86 juta di kuartal pertama 2021.
Tak mau ketinggalan, emiten tambang batubara milik MNC Grup, yakni PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) juga mencatatkan laba bersih sebesar US$9,4 juta pada kuartal pertama 2022.
Pada kuartal pertama 2022, IATA mencatatkan pendapatan sebesar US$ 40,4 juta, naik 2.543% dibandingkan pada kuartal yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,5 juta.
Peningkatan kinerja tersebut merupakan hasil dari langkah strategis IATA mengakuisisi PT Bhakti Coal Resources (BCR), perusahaan pemilik 9 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatra Selatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News