kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah data yang dirilis hari ini diramal bakal menekan pairing GBP/USD


Senin, 09 September 2019 / 09:46 WIB
Sejumlah data yang dirilis hari ini diramal bakal menekan pairing GBP/USD
ILUSTRASI. Kurs poundsterling Inggris dan dollar AS


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa data yang bakal dirilis hari ini (9/9), diprediksi bakal menjadi penentu pergerakan kurs GBP. Meskipun begitu, untuk pasangan kurs GBP/USD masih memiliki kecenderungan untuk tertekan.

Mengutip Bloomberg, pasangan GBP/USD pada perdagangan Jumat (6/9) tercatat melemah 0,41% di level 1.2283.

Baca Juga: Tak banyak pengaruh, GBP/JPY masih akan lesu

Analis Finex Berjangka Nanang Wahyudin mengungkapkan, pergerakan poundsterling akan dipengaruhi serangkaian data penting di antaranya data angka pertumbuhan ekonomi Inggris atau growth domestic product (GDP), output manufaktur dan industri Inggis.

Nanang menjelaskan, angka GDP dianggap sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara dan biasanya diumumkan per kuartal.

Angka GDP menyatakan perubahan persentase nilai total barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam periode waktu tertentu dibandingkan dengan periode sebelumnya. Di Inggris sektor yang menyumbang perubahan GDP adalah produksi, jasa, konstruksi dan agrikultur.

GDP Inggris dirilis oleh Office for National Statistics (ONS) 3 kali per kuartal yaitu preliminary, second estimate dan final, masing-masing dalam basis kuartal (q/q) dan tahunan (q/y). Mulai bulan Juli 2018, ONS Inggris juga merilis data GDP bulanan disamping GDP per kuartal.

Umumnya data yang berdampak tinggi merupakan data quarter to quarter dan bulanan. Preliminary adalah rilis awal sehingga lebih berdampak, namun jika pada second release dan final terjadi perubahan maka akan bisa berdampak tinggi juga.

Baca Juga: Berpotensi tertekan, EUR/GBP direkomendasikan sell

GDP Inggris kuartal kedua tahun ini (preliminary) mengalami kontraksi 0,2%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang memprediksi data bakal stagnan sejak kuartal keempat 2012. Dalam basis tahunan (quarter to year) tumbuh 1,2%, terendah sejak kuartal pertama 2018.

"Data Juli 2019 yang akan dirilis hari ini diperkirakan akan tumbuh 0,1%. Rilis yang lebih tinggi dari perkiraan, akan cenderung menyebabkan GBP menguat," ungkap Nanang kepada Kontan.co.id, Minggu (8/9).

Sementara itu, Data Manufacturing Production biasanya lebih berdampak dibandingkan Industrial Production dan dirilis pada waktu bersamaan. Sektor manufaktur sangat erat hubungannya dengan tenaga kerja, tingkat pendapatan dan tingkat pengeluaran konsumen.

Manufacturing Production kerap dijadikan leading indicator bagi laju perekonomian Inggris pada umumnya, dan sektor ini mempunyai porsi sekitar 80% dari total output produksi di Inggris, oleh karenanya data ini lebih berdampak.

Baca Juga: Nasabah tajir Bank DBS Indonesia tumbuh 36%

Sekedar mengingatkan, Juni lalu output sektor manufaktur Inggris month to month (mtm) mengalami kontraksi 0,2%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yakni koreksi 0,1%, dan capaian bulan sebelumnya yakni tumbuh 1,4%. Sementara untuk basis tahunan (yoy) turun 1,4%, lebih rendah dari prediksi turun 1,1% sekaligus jafi yang terendah dalam 6 bulan terakhir.

Sedangkan untuk sektor industri non-manufaktur (Industrial Production) mtm turun 0,1%, lebih baik dari perkiraan yang akan turun 0,2%. Meskipun begitu, capaian tersebut lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat naik 1,2%.

Pada bulan Juni 2019 produk petroleum, kimia, metal dan elektronika mengalami kontraksi, di mana secara yoy turun 0,6%, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang naik 0,5%.

Untuk Juli 2019 diperkirakan Manufacturing Production mtm akan kembali turun 0,3% dan secara yoy turun 1,1%, sementara Industrial Production mtm diperkirakan akan turun 0,3% dan yoy turun 1,1%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan GBP menguat.

Baca Juga: Mewaspadai efek tular korporasi gagal

Di samping itu, Nanang menjelaskan bahwa mata uang poundsterling terbang tinggi dalam dua hari terakhir terhadap dollar AS hingga mencapai level terkuat sejak 29 Juli. Padahal pada Selasa (3/9), mata uang Inggris ini jeblok dan mendekati level terlemah dalam 34 tahun.

"Sempat jatuh di hari Selasa ke level terendahnya berbalik menguat hingga perdagangan kemarin. Gejolak politik di Inggris memberi berkah bagi poundsterling," ujarnya.

Pada pekan lalu Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson melakukan manuver politik untuk memuluskan langkahnya membawa Inggris keluar dari Uni Eropa dengan atau tanpa kesepakatan (no-deal).

PM Johnson menetapkan Pidato Ratu Inggris (Queen's Speech) pada 14 Oktober, yang menjadi awal resmi parlemen Inggris kembali aktif. Ini berarti Parlemen Inggris punya waktu sekitar dua minggu membahas proposal Brexit.

Baca Juga: Di luar dugaan, cadangan devisa China naik menjadi US$ 3,107 triliun pada Agustus

Singkatnya waktu pembahasan tersebut, diyakini bakal memberikan kesulitan bagi Parlemen Inggris, untuk mencapai kesepakatan hingga deadline 31 Oktober dan memungkinkan membuat tidak adanya Perjanjian Penarikan (Withdrawal Agreement) yang baru, sehingga secara otomatis no-deal Brexit akan terjadi.

Secara teknikal, secara perlahan-lahan ruang penurunan GBP/USD mulai kembali terlihat pada TF H4, meskipun masih tertahan karena sentimen fundamental dalam negeri.

Indikator stochastic yang tengah bergerak turun, dan tekanan pada MACD di zona positif pun mulai berkurang, tinggal peluang harga untuk melewati area 1.2276 (moving13) untuk melanjutkan penurunan ke 1.2237 dan 1.2207.

Sedangkan untuk peluang kenaikan bisa terjadi jika harga berhasil ditutup di atas 1.2329 terlihat pada TF Daily, jika bertahan di area tersebut, makan bisa membawa GBP/USD ke level 1.2390 dan 1.2451.

Baca Juga: Kekhawatiran hard Brexit memudar, pasangan EUR/GBP melemah

"Indikator stochastic yang masih bergerak naik, dan MACD yang mendekati zona netral, dapat memberi sinyal penurunan pada GBP/USD meskipun bersifat sementara. Namun, RSI sudah di arah turun dengan berada di area 54,4," paparnya.

Untuk perdagangan Senin (9/9) Nanang merekomendasikan sell untuk pasangan GBP/USD. Adapun harga bergerak di kisaran resistance, 1.2450; 1.2390; dan 1.2329. Sedangkan untuk level support 1.2276; 1.2217; dan 1.2215.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×