kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,71   -13,81   -1.48%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejauh ini hanya tiga saham LQ45 yang kinerjanya tumbuh negatif


Senin, 25 Maret 2019 / 18:55 WIB
Sejauh ini hanya tiga saham LQ45 yang kinerjanya tumbuh negatif


Reporter: Yoliawan H | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejauh ini sudah ada 26 emiten yang masuk di indeks LQ45 yang melaporkan kinerja tahunan periode tahun 2018. Menariknya, dari 26 emiten tersebut hanya tiga emiten yang menunjukan pertumbuhan negatif yakni INTP,LPPF dan EXCL.

Bahkan, ada empat emiten yang berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga di atas 40% yakni WIKAUNTR, PGAS dan ANTM. Pertumbuhan tertinggi diraih oleh ANTM sebesar 542,65% dan catatan negatif paling besar diraih oleh EXCL yakni -100,88%. Lebih lanjut, secara sektoral, sektor perbankan, tambang dan konstruksi cukup mendominasi pertumbuhan yang signifikan ini.

Menanggapi kondisi ini, Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan kinerja sektor tambang mineral dan energi seperti ANTM, PGAS dan UNTR didorong dari harga komoditas pada tahun 2018 lalu yang membaik. 

Selain itu emiten jenis ini akan terdorong saat terjadi pelemahan rupiah seperti di tahun 2018 lalu karena basis produk ekspor.

“Sektor konstruksi membaik terlihat dari arus kas mereka yang sudah mulai positif. Proyek pemerintah lebih selektif sehingga mereka akan lebih baik dalam menjaga arus kas sekaligus menjaring laba,” ujar Hans kepada Kontan.co.id, Senin (25/3).

Terkait sektor telekomunikasi yang cukup terpuruk dengan hasil kinerja EXCL yang merugi hingga Rp 3,29 triliun dan ISAT yang juga merugi Rp 2,40 triliun, menurutnya persaingan di sektor ini cukup sengit di tahun 2018 lalu. Selain itu pendapatan voice yang menurun membuat emiten kesulitan untuk menjaring laba.

Hans menilai di tahun 2019 ini sektor perbankan dan konsumer akan terus membaik selain itu sektor konstruksi juga diprediksi akan menghijau. Hal tersebut didorong oleh sentimen tahun politik serta isu global seperti perang dagang dan suku bunga acuan yang melandai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×